Hidup Dalam Kebenaran


20 September 2019

Yesaya 32:17 
Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya.

Dalam Yesaya 32:17 di atas ada beberapa kata-kata kunci positif, dan kata-kata itu saling berhubungan, yang dimulai dari kata kebenaran.

Tuhan Yesus tidak hanya berbicara tentang kebenaran, tetapi Dia adalah kebenaran itu sendiri. Dia adalah sumber kebenaran.

Oleh sebab itu, yang amat penting kita lakukan adalah mari kita hidup di dalam terang kasih Yesus. 

Mari berdoa agar kita dikuatkan Tuhan untuk selalu merindukan apa yang benar, memikirkan apa yang benar, melakukan apa yang benar, berjuang untuk apa yang benar, dan mendukung orang-orang yang melakukan apa yang benar. 

Bila hal itu kita lakukan, meski kita orang sederhana yang biasa-biasa saja, Tuhan akan berkenan. 

Walau kita tidak berkapasitas besar, namun pengaruh kita yang mungkin kita merasa tak seberapa akan merambat. Artinya adalah bahwa sesungguhnya semua kita berperan sebagai agen-agen kebenaran yang dapat dipakai Tuhan melengkapi dan menggenapi Yesaya 32:17.

Mari kita berjuang di dalam kuasa dan kasih Yesus untuk hidup dalam kebenaran.

Selamat belajar.
Selamat beraktivitas.
Selamat bekerja.
Selamat melayani.

Tuhan memberkati dan menolong kita hidup dalam suasana Yesaya 32:17.
Amin.

Salam dan doa,
Alamta Singarimbun-Bandung

Menjadikan Diri Sebagai Hamba


19 September 2019

1 Korintus 9:19
Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.

Rasul Paulus menjadikan dirinya hamba terhadap semua orang dengan maksud dan tujuan agar orang-orang percaya kepada Kristus.

Menjadikan diri sebagai hamba dapat dipahami dalam beberapa pengertian, misalnya:
• Tidak memandang dan tidak menganggap diri lebih baik dari orang lain,
• Bersikap hormat dan sopan terhadap orang lain,
• Bersedia dan siap sebagai penolong, bukan membebani orang,
• Lebih memilih sikap menundukkan diri mengalah dari pada merasa menang sendiri,
• Tidak bersikap penuntut, tetapi berlapang hati,
• Tulus hati,
• Tak berlebihan dalam penampilan... sederhana,
• Tidak keras kepala,
• Dan sebagainya.

Hal seperti itulah dilakukan Paulus, seolah dia tidak berhak atas haknya. Dia berkomitmen hidupnya untuk orang lain. Semua itu demi kemajuan Injil.

Walau sulit melakukan apa yang dilakukan Rasul Paulus, namun begitulah semestinya hidup kita. Begitulah mestinya idealisme dan prinsip tertanam kuat dalam hidup kita.

Mari kita berdoa dan mendekatkan diri serta membuat hati terpaut kepada Allah, agar Dia menolong dan memberi kemudahan untuk berprinsip seperti Rasul Paulus. 

Semua itu bukanlah agar kita populer dan bercokol dalam hati ingin dipuji-puji... jauhlah ! Akan tetapi agar Injil Kerajaan Allah menyebar dan muncul banyak murid-murid Yesus. 

Alangkah indahnya jika kita menjadi murid-murid Yesus yang hidup meneladani Rasul Paulus hamba-Nya terkasih.

Selamat belajar.
Selamat beraktivitas.
Selamat bekerja.
Selamat melayani.

Tuhan memberkati.
Amin.

Salam dan doa,
Alamta Singarimbun-Bandung

Allah adalah Pemimpin Kita


18 September 2019

1 Korintus 3:6-7 
Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. 
Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan

Kita sungguh bersyukur karena Allah berkenan melibatkan kita dalam rencana-Nya atas dunia ini. 

Apapun peran kita, tidaklah masalah, asalkan itu memang benar-benar panggilan hidup kita. 

Rasul Paulus mengatakan ada yang menanam, ada yang menyiram. Atau dua-duanya. 

Boleh jadi kita menolong yang menyiram atau mendukung yang menanam. 

Atau kita yang ditolong dalam menanam dan dibantu untuk menyiram.

Bayangkanlah kita dalam sebuah pertempuran. Ada pasukan infantri di front depan, didukung bantuan tempur artileri dari belakang. Juga ada pasukan kaveleri dengan kuda, panser dan tanknya mendukung. Ada pasukan Angkatan Udara dengan pesawatnya yang canggih menolong. Ada Angkatan Laut yang membela kita dengan kapal perangnya yang tangguh. Sebelumnya ada pasukan khusus mendahului. Ada intel mencari informasi. Dan sebagainya. 

Semua itu penting dan harus bersatu. Harus ada komando dari seorang pimpinan agar koordinasi jelas. Tujuannya adalah kemenangan. 

Begitulah kita. Apapun peran kita dalam pelayanan dan pekerjaan Tuhan, kita sama-sama berjuang melayani. 

Mari kita lakukan pelayanan kita dengan baik dan penuh dedikasi kepada Allah yang kita kenal dalam Yesus.

Allah adalah PEMIMPIN kita. 
Allah yang terpenting dalam pelayanan kita. 
Allah yang utama. 
Allah yang memberi pertumbuhan.  
Allah yang harus kita dengar dalam pelayanan kita. 
Orientasi dan fokus dalam pelayanan kita adalah DIA

Yang penting ajaran kita jangan melenceng dari ajaran Yesus. Periksa dan kontrol apa yang kita ajarkan berdasarkan kebenaran Injil. Harus seperti itu!

Dengan setia dan semangat serta penuh keyakinan didasarkan kasih kita kepada Allah, marilah kita kosisten hidup melayani dalam panggilan kita.

Selamat belajar 
Selamat bekerja.
Selamat melayani.

Tuhan menyertai dan memberkati kita dalam panggilan-Nya.
Amin.

Salam dan doa,
Alamta Singarimbun-Bandung

Abraham: Pemimpin yang Menjadi Berkat dan Berkorban


Artikel Kepemimpinan Gereja Bag-3

Seperti Abraham, kepemimpinan menjadi saluran berkat dan bersedia
berkorban bagi orang lain. Seorang pemimpin bersedia untuk membayar
harga apa pun. (Jason Byassee)

Alkitab tidak banyak memuat contoh kepemimpinan yang nyata. Teladan-teladan yang diberikan oleh Musa dan Yesus tidak mudah ditiru oleh orang-orang biasa seperti kita. Saat menelusuri tempat lain dalam Alkitab, acapkali kita menemukan contoh-contoh yang tidak patut diteladani. Coba Anda luangkan beberapa menit membaca kitab Hakim-Hakim dengan saksama. Mungkin, tidak disangka-sangka sumber perenungan tentang kepemimpinan ditemukan dari Abraham yang menjadi panutan dalam tiga agama besar dunia. Ellen F. Davis dari Duke Divinity School menggambarkan panggilan Abram [nama Abraham saat ia dipanggil Allah] dalam Kejadian pasal 12, sebagai bagian dari pola yang terdapat dalam seluruh Kitab Kejadian. Allah memunyai inisiatif (contohnya, saat penciptaan). Allah memulai hubungan dengan manusia (Adam dan Hawa). Kemanusiaan menghalangi keharmonisan hubungan Allah dengan ciptaan-Nya. Allah menghukum (pengusiran, pedang berapi, dan semacamnya). dan kemudian Allah memulai inisiatif baru (Nuh, Abraham, dan "ad infinitum" sampai sekarang). Bagi Davis, Abraham bertindak sebagai pemimpin tiga peristiwa dalam Kitab Kejadian: berkatberkatnya, doa-doanya untuk Sodom dan Gomora, dan ketaatannya mengurbankan anaknya.

Pertama-tama, Abraham menerima berkat Allah. Bagaimana? Allah mencurahkan berkat kepada Abraham sebagaimana dia mencurahkan hujan ke bumi pada zaman Nuh. Dalam Kejadian 12:2-3 Allah mengutarakan berkatnya sebanyak lima kali kepada kepala keluarga baru tersebut. Menurut terjemahan Davis: "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan jadilah berkat! Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." Sebelumnya, Allah menyatakan berkat sebanyak lima kali dalam kitab Kejadian -- hewan-hewan di laut dan udara (Kejadian 1:22), manusia (Kejadian 1:28), hari Sabat (Kejadian 2:3), Nuh dan keluarganya (Kejadian 9:1), dan Sem (Kejadian 9:26). Nah, kelima berkat ini disebutkan dan dijumlahkan menjadi lima berkat bagi Abraham. Sebelumnya, Allah bekerja lewat seluruh kemanusiaan, namun saat ini Allah menyempitkan fokus mulia untuk satu keluarga – melalui keluarga itu Allah memberkati yang lain. Serupa dengan penciptaan baru. Davis mengatakan bahwa berkat kedua (Kejadian 12:2-3) dari kelima berkat Abraham sering disalahterjemahkan, sebagaimana terjemahan Alkitab BIS mengatakan, "... sehingga engkau akan menjadi berkat." Davis menerjemahkannya dalam bentuk perintah: "jadilah berkat!" Ini adalah sebuah perintah untuk memberkati orang lain -- sebagai panggilan untuk menjadi seorang pemimpin. Dengan berani, oleh Davis Abraham disebut sebagai, "inkarnasi berkat". Dia adalah sebuah prisma; melalui prisma tersebut orang lain bisa melihat cahaya berkat menyinari mereka.
Dia adalah sebuah saluran; Allah menjanjikan melaluinya seluruh bangsa akan diberkati. Berkat, atau dengan analogi, kepemimpinan, bukanlah sesuatu barang yang dapat dimiliki seseorang untuk dirinya sendiri. Contohnya, roti manna akan rusak jika disimpan semalaman. Kepemimpinan diberikan untuk diberikan dan dibagikan dengan melimpah seperti minyak yang mengalir ke janggut Harun atau sisa-sisa roti dan ikan saat Yesus bersama ribuan orang.

Kedua, Abraham adalah pemimpin yang -- menurut perkataan Davis -- "mempertaruhkan nyawanya untuk umat [Allah]". Sebelum Allah turun untuk menghancurkan Sodom, Dia memutuskan untuk melibatkan Abraham dalam rencana-Nya untuk menghukum Sodom. "Sebab Aku telah memilih dia," ujar Allah. "Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini?" (Kejadian 18:19, 18:17) Allah memiliki hubungan yang intim dengan Abraham seperti Adam dengan Hawa (Kejadian 4:1), atau sebagai sekutu politik yang terikat dengan perjanjian dan yang saling mengenal dan memercayai satu sama lain (Yesaya 41:8 dan 2 Tawarikh 20:7). Abraham adalah orang pertama yang menerima jalinan persahabatan yang
akrab dengan Tuhan seperti ini. Apa yang akan dilakukannya dengan hubungannya ini? Dia akan tawar-menawar dengan Allah demi orang lain. Abraham dengan berani mengambil sikap dalam rencana Allah: "Apakah Engkau akan melenyapkan orang benar bersama-sama dengan orang fasik? Bagaimana sekiranya ada lima puluh orang benar dalam kota itu? ... tidakkah Engkau mengampuninya karena kelima puluh orang benar yang ada di dalamnya itu?"
Latar belakang cerita itu adalah sebuah pasar di Timur Tengah. "Abraham adalah penawar yang ulung," kata Davis. Dia berhasil bergulat dengan Allah sehingga Allah bersedia mengampuni kota tersebut jika ada 10 orang benar di antara mereka. Bukan kesalahan Abraham jika tidak ditemukan 10 orang seperti itu di kota tersebut. Tindakan membela orang di hadapan Tuhan, menjadi jembatan antara orang berdosa dengan Allah, dan menyampaikan keberatan terhadap rencana penghancuran sebuah kota, akan terus-menerus menjadi karakter tersendiri dari kepemimpinan Israel di sepanjang Alkitab. Musa, Yeremia, Yehezkiel, dan yang lainnya memohon belas kasihan, bukan untuk kota fasik, namun bagi kelepasan Israel, dengan mempertanyakan keadilan Allah dan memohon pengampunan dari Allah.
Bagi orang Kristen, pembelaan yang berisiko ini mencapai puncaknya pada salib Kristus: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Kepemimpinan mempertaruhkan nyawa untuk orang lain. Kepemimpinan berani mendekati takhta Allah yang berbahaya tetapi penuh anugerah, memegang janji Allah, dan meminta sebuah jawaban, seperti seorang penawar dalam basar.

Ketiga, kepemimpinan mengakui bahwa harga mengikuti Allah adalah -- dalam kata-kata T.S. Eliot -- "harus memberikan seluruhnya!" Dalam Kejadian 22, Abraham memiliki pengalaman perjalanan Kalvarinya sendiri di Gunung Moria. Perintah untuk mengurbankan Ishak telah menjadi sumber inspirasi karya-karya seni yang mengesankan, mulai dari keprihatinan filsafat eksistensial Kierkegaard hingga ke lukisan Rambrandt. Bagaimana tidak? Dengarlah pengulangan Allah tentang siapa yang dikurbankan menurut perintah-Nya di Kejadian 22:2: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah...."
Seluruh janji Allah untuk menjadikan orang tua ini bangsa yang sangat banyak – sebanyak bintang dan pasir yang tidak terhitung jumlahnya -- benar-benar dipertanyakan. Dalam bukunya, "Getting Involved with God: Rediscovering the Old Testament", Davis menggambarkan bagaimana rabi-rabi zaman dahulu membayangkan percakapan antara Allah dan kepala keluarga tersebut sebagai percakapan yang cukup berbeda dengan peristiwa tawar-menawar mengenai nasib kota Sodom. Abraham mencoba menawarkan Ismail, alih-alih Ishak.
"Ambillah anakmu!"
"Saya memiliki dua anak."
"Anakmu yang tunggal itu."
"Yang satu ini adalah anak tunggal ibunya, dan yang lain juga merupakan anak tunggal ibunya!"
"Yang engkau kasihi."
"Aku mengasihi kedua-duanya!"
"Ishak!"
Maka pergilah Abraham. Ishak berpura-pura bertanya, "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk kurban bakaran itu?" (Kejadian 22:7). Seniman telah menggambarkan Ishak dengan benar, yakni memegang alat yang akan menghancurkan dirinya dan ayahnya ketika mereka mendaki gunung bersama. "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk kurban bakaran bagi-Nya, anakku...." (22:8) dan Allah memang menyediakannya -- tetapi hanya sesudah Abraham mengulurkan tangannya untuk pisau untuk menyembelih Ishak. Pelajaran kepemimpinan apakah ini? Kurban seorang anak tidaklah terpuji di bagian mana pun dalam Alkitab -- cerita ini memang dibaca sebagai peralihan dari ritual-ritual keagamaan berhala atau keagamaan sebelumnya di Israel. Hal ini merupakan kisah tentang tuntutan dari Allah yang sulit dan mudah marah. Apakah Abraham akan berpegang teguh pada janji Allah dan mengabaikan perintah Allah untuk mengurbankan seseorang? Atau, akankah dia berpegang teguh pada Allah saja? Bagi orang Kristen, cerita ini menandakan satu pengurbanan yang tidak bisa dibayangkan, pengurbanan Anak oleh Bapa, yang memberi kita semua kehidupan. Menurut Davis, ada gambaran lainnya: pandangan tentang Allah yang rentan. Kami tidak memunyai catatan yang menggambarkan respons Abraham terhadap intervensi malaikat ini, namun sebaliknya, Davis berkata, kelegaan Allah meledak-ledak di lembaran kisah ini: Telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku." (Kejadian 22:12)
Allah memunyai alasan bersikap waspada. Manusia telah mengecewakan- Nya sebelumnya, dan akan mengecewakan-Nya lagi, hingga tidak terhitung banyaknya. Akan tetapi, Abraham tidak mengecewakan-Nya. Pada saat itulah Allah tahu bahwa dia tidak akan mengecewakan-Nya. Kepemimpinan yang diajarkan secara alkitabiah tidak melayani Allah yang jauh, bukan Allah yang menuntut pengurbanan manusia, bukan Allah yang dapat atau enggan mengirimkan kilat jika Dia dibangunkan dari tidur-Nya. Allah yang kita layani adalah Allah yang kepedulian- Nya sangat dalam dan dekat dengan kemanusiaan ketika Dia sendiri memasuki sejarah manusia. Pertama-tama dalam pemilihan Israel dan kemudian dalam inkarnasi Yesus. Kepemimpinan
dalam gambaran ini mencerminkan kerentanan, kerendahan hati, bahkan kesiapan mati yang
ilahi.

Kisah mengurbankan Ishak adalah kisah yang lebih menekankan tentang ketaaatan yang sungguh-sungguh kepada perintah ilahi yang mustahil. Namun Abraham mengawali pemikiran awal kepemimpinan alkitabiah. Kepemimpinan yang menjadi saluran berkat bagi yang lain. Kepemimpinan yang mempertaruhkan nyawanya untuk orang lain, dan yang berani membayar berapa pun harganya.

Diterjemahkan dan disunting seperlunya dari:
Judul asli artikel: Abraham as leader?
Penulis: Jason Byassee

Terus Dibangun dan Dilengkapi Oleh Allah


17 September 2019

1 Petrus 5:10   
Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya.

Seseorang yang telah membangun rumah dan menempatinya, dia akan terus merawat rumahnya. Dia berusaha memperlengkapi dan memperindah rumahnya, agar dapat tinggal di dalamnya lebih nyaman dan aman serta hangat.

Bagi kita yang telah menerima Kristus, kita seumpama bangunan rumah tersebut. Kita jangan telah merasa selesai!  Akan tetapi  teruslah bertumbuh dan diperlengkapi untuk siap melakukan apa yang menjadi kerinduan Tuhan Yesus atas diri kita. 

Biarlah diri kita menjadi bangunan dan rumah yang didiami oleh Roh Allah; dimana Roh Allah betah tinggal di dalam diri kita.
1 Korintus 3:16
Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?

Bila kita rasa-rasakan... betahkah Roh Allah berdiam dalam diri kita?

Orang-orang pintar dan ahli mungkin bangga karena dalam dirinya tinggal ilmu pengetahuan... dan agak-agak sombong karena merasa berpengetahuan dan bergengsi oleh gelar-gelarnya... wajar jugalah ya... sebab itu hasil jerih payahnya yang harus kita hargai.

Namun sesungguhnya, bila kita sadar bahwa diri kita menjadi bejana tempat tinggal Roh Allah, sesungguhnya kita melebihi orang-orang pintar dan ahli. Bayangkanlah Allah menyatu dan bersekutu dengan diri kita. 
Luar biasa !
Tetapi tentu hal itu bukan untuk disombongkan, tetapi untuk disyukuri karena kita telah dilayakkan oleh Allah Sumber Anugerah.

Para sahabat, marilah kita terus dibangun dan dilengkapi oleh Allah dengan kebenaran firman-Nya. Allah mau itu.

Biarlah diri kita sedang terus-menerus tanpa henti diteguhkan, dikuatkan, dan dikokohkan menjadi wadah tempat berdiamnya Roh Allah. Dan tentunya kitapun sebagai anak-anak Allah wajib saling membangun dan saling meneguhkan.
S e m o g a  ! ! !

Selamat belajar 
Selamat bekerja.
Selamat melayani.

Tuhan menyertai dan memberkati kita dalam saling membangun menjadi rumah dan bait-Nya. Amin.

Salam dan doa,
Alamta Singarimbun-Bandung

Menyelaraskan Jalan Hidup


16 September 2019

Amsal 16:2  
Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi TUHANlah yang menguji hati.

Agar hidup kita lebih baik ke depan, maka kita haruslah berencana. Harus ada strategi hidup. Kita harus menggunakan pikiran kita.

Dalam hal itulah, betapa banyak orang menganggap bahwa apa yang dia lakukan baik. Kita memang harus memiliki percaya diri

Akan tetapi percaya diri saja tidak cukup. Kita haruslah terbuka kepada pimpinan Tuhan. Kita mungkin merasa bahwa jalan yang kita tempuh adalah baik dan bersih adanya. Semua akan baik-baik saja. Namun bagi kita haruslah Tuhan terlibat, agar apa yang kita bangun teruji atau tahan uji oleh kebenaran Tuhan.

Apabila kita melibatkan dan menyerahkan segala rencana dan tujuan hidup kita kepada Tuhan, maka Dia akan dipermuliakan... dan Dia akan memberi kekuatan dan memberkati.

Oleh sebab itu, mari kita selaraskan jalan hidup kita ke masa depan dengan mewujudkan kerinduan Allah atas kita. Tempuh dan berjalanlah dalam koridor dan kehendak-Nya. Itulah hal terbaik yang semestinya kita lakukan.

Selamat belajar 
Selamat bekerja.
Selamat melayani.

Tuhan menyertai dan memberkati.
Amin

Salam dan doa,
Alamta Singarimbun-Bandung

Mengutamakan Yesus


15 September 2019

Kolose 1:18-19
Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.
Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia

Tuhan Yesus lebih utama dalam segala sesuatu. Oleh sebab itu, semestinyalah apa yang menjadi rencana dan keputusan kita, semuanya menyatakan kemuliaan-Nya.

Mungkin dalam menjalani apa yang menjadi komitmen kita, kita tidak diuntungkan, seolah tak beroleh apa-apa, bahkan merugi. Namun kalau melalui itu Tuhan Yesus diutamakan dan ditinggikan, jangan pernah ragu... teruslah!

Apa yang kita perbuat demi kemuliaan dan keutamaan Kristus, sekarang saja rasanya berat, habis-habiskan waktu dan tenaga saja, serta serasa tertinggal dari orang-orang. Tenang sajalah, sebab sesungguhnya tidak ada yang sia-sia dengan semua hal yang kita lakukan untuk kemuliaan, kehormatan dan keutamaan Kristus.

Apapun yang kita terima dan apapun bagian kita, asalkan kita hidup mengutamakan Yesus... berbahagialah!

Jika kita menyadari hidup kita tidak menjadikan Dia yang utama... berubahlah! Datanglah kepada Tuhan! Ubahlah pandangan kita! Bila kita lakukan ini, pastilah Tuhan senang. Seumpama Tuhan menulis "WA" ke kita, Dia akan dahului dengan: 
👍👌👏💓💞💖😊😍

Betapa senangnya !
*P u j i   T u h a n  ! !*

Selamat Hari Minggu.
Selamat beribadah.
Selamat melayani.

Tuhan memberi kekuatan dan semangat bagi kita untuk menjadikan Dia yang *UTAMA* dalam hidup kita.
Amin.

Salam dan doa,
Alamta Singarimbun-Bandung.

Panggilan Seorang Pemimpin : Meneladani Gideon


Artikel Kepemimpinan Gereja Bag-2

Dalam salah satu pesan singkatnya mengenai para pemimpin dan pengikut, Dr. A.W. Tozer
mengatakan:
"Ketika Allah menyebut kita domba, Ia menyuruh kita menjadi pengikut; dan ketika Petrus memanggil beberapa orang menjadi gembala, dia menunjukkan bahwa di antara mereka selain ada pengikut harus ada yang menjadi pemimpin”. Pada umumnya, manusia memang membutuhkan kepemimpinan. Jika 5 orang terapung-apung dalam sebuah sekoci penyelamat, seseorang di antara akan segera berperan sebagai pemimpin -- tanpa perlu ada musyawarah. Empat orang lainnya akan mengetahui siapakah pemimpinnya hanya dengan intuisi mereka, dan orang itu pun akan segera bertindak sesuai perannya [sebagai pemimpin] tanpa melalui suatu formalitas. Setiap bencana alam, kebakaran, atau banjir membangkitkan pemimpin-pemimpin. Meskipun pemimpin-pemimpin yang lemah mungkin memiliki kekurangan, namun ketika sedang menghadapi krisis mereka cukup dilegakan karena kepemimpinan tersebut.
Orang-orang Kristen juga terdiri atas pemimpin dan pengikut. Meskipun pengikut mungkin tidak menyukai pemimpin mereka, tetapi mereka senantiasa membutuhkan peran pemimpin. Gereja memerlukan pemimpin-pemimpin, yang sekaligus merupakan pengikut. Paulus memberikan
suatu pola di dalam nasihatnya kepada orang Korintus: "Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus." (1 Korintus 11:1)

Jika kepemimpinan adalah alkitabiah dan penting, maka sebaiknya kita mengetahui pengajaran Alkitab mengenai kepemimpinan dan apa yang menjadikan hal tersebut. Dalam hal ini, Gideon memiliki beberapa hal-hal penting yang berguna untuk mengajar kita. Kita perlu menggarisbawahi terlebih dahulu bahwa Gideon tidak memunyai jabatan resmi di Israel. Ia menjadi pemimpin karena ia seorang yang memiliki spirit kepemimpinan. Beberapa uraian yang membentuk spirit kepemimpinan tersebut tampak nyata di bawah ini. Mari kita pelajari.

Rasa tanggung jawab.
Gideon digambarkan sebagai karakter yang memiliki rasa tanggung jawab. Zaman itu merupakan masa-masa yang penuh dengan kesulitan, kekurangan, dan kemiskinan. Musuh-musuh umat Allah telah mengambil makanan mereka. Musuh mereka sangat waspada, sehingga orang Israel tidak dapat melawan strategi kelaparan yang dipakai oleh musuh; karena kelemahan dimanfaatkan musuh untuk menindas umat Israel. Setiap upaya untuk membalikkan rencana musuh memerlukan keberanian dan hikmat. Seluruh kisah Gideon ini menunjukkan betapa sedikit orang yang benar-benar berani membayar harga. Dengan kata lain, betapa sedikit orang yang memunyai rasa tanggung jawab yang memadai. di antara segelintir orang itu, Gideon termasuk yang paling menonjol. Dia merasa bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan pokok umat Allah; dia merasa bertanggung jawab demi kehormatan Allah. Perasaan malu dan tercela, perasaan cemburu dan tidak suka ini, suatu kepekaan bahwa sesuatu sedang berjalan tidak sebagaimana mestinya, mendorong Gideon untuk bertindak -- bertindak dengan berbahaya. Seluruh tindakannya untuk mencapai kemenangan didorong oleh rasa tanggung jawab yang menuntut tindakan yang berbahaya.
Tahapan pertama adalah tindakannya menebah gandum di tempat pemerasan anggur untuk disembunyikan dari orang Midian. di situ, ia bertindak secara sembunyi-sembunyi untuk memenuhi kebutuhan pokok. Pemimpin sejati bukanlah orang yang selalu tampil di hadapan publik dengan maksud menarik perhatian orang lain. Gideon tidak sedang memikirkan tentang kepemimpinan. Ia bertindak tanpa mementingkan diri sendiri karena didorong oleh suatu tujuan yang mulia dan dengan hati yang besar.
Persoalan tentang makanan itu sangat penting; rakyat harus diberi makan, berapa pun harga yang harus dibayarnya sendiri. Perlu digarisbawahi bahwa mata Allah mengamati tindakan dan kehidupan rahasia Gideon. "TUHAN mengutus seorang nabi kepada orang Israel" (Hakim-hakim 6:8), namun "malaikat Allah" sendiri yang datang kepada Gideon (Apakah ini termasuk salah satu teofani -- penampakan Diri Allah sendiri dalam rupa manusia -- yang dicatat di dalam Alkitab? Tampaknya, ayat 23 menunjukkan kemungkinan ini).
Allah mengetahui keberadaan Gideon, apa yang sedang diperbuatnya, dan mengapa ia melakukan hal itu. Allah mengetahui bahwa Gideon mengamati pekerjaan musuh dan berusaha melakukan sebisanya untuk melawan mereka. Ia tidak dapat melakukan banyak hal, dan tidak ada satu pun yang dilakukannya di hadapan umum -- situasi itu penuh ujian, yang dijalaninya dengan kesetiaan. Gideon lulus pada tahapan pertama uji kepemimpinan -- uji kesetiaan, tanggung jawab, dan tidak mementingkan diri sendiri -- tanpa berambisi akan hal itu.

Ujian kerendahan hati.
Karakter kedua Gideon yang dinilai oleh Allah adalah kerendahan hati. Ia disodori tanggung jawab tanpa perlu melakukan manuver, siasat, daya upaya, atau kekerasan. Tentu saja, catatan (di kitab Hakim-Hakim) menunjukkan bahwa Gideon tidak mendambakan kepemimpinan tersebut. Dr. Tozer mengatakan: "Saya yakin kita dapat menerima suatu rumusan yang cukup andal bahwa seseorang yang bersikap ambisius terhadap (kedudukan) pemimpin, ia (otomatis) sudah terdiskualifikasi dari (kepemimpinan) itu."
Ketika Gideon menanggapi pernyataan dan perintah "sang malaikat" yang luar biasa, ia hanya bisa menjawab: "... kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan aku pun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku." Ketakutannya tampak dalam permintaannya atas tanda-tanda; permintaan itu dapat dimengerti mengingat besarnya tanggung jawab yang harus dipikulnya. Dari sini terungkap betapa kecilnya kepercayaan Gideon pada dirinya sendiri. Ia lulus pada tahapan kedua uji kepemimpinan ini.

Ujian di "markas".
Gideon perlu melewati uji kemampuan kepemimpinan berikut sebelum ia dapat melaksanakan tugasnya yang baru. Kita dapat menyebutnya sebagai ujian di "markas". Situasi di rumahnya tidak berjalan dengan baik, dan terjadi suatu kompromi: sinkretisme. Pengaruh musuh ada (di rumahnya). di dalam rumah, keluarga, dan latar belakangnya terdapat hal-hal yang kelak dapat menempatkan dirinya pada posisi yang salah, serta menyabotase perlawanan mereka. Sepanjang musuhnya menguasai markasnya, ia tidak bisa memenangkan pertempuran. Dengan kata lain, tidak akan ada kesaksian yang benar di dunia dan di surga, jika kesaksian itu bertentangan dengan kehidupan pribadi sang pemimpin. Tetapi, mereka yang membenci, menentang (lihat ayat 31, 32) atau takut (kepada Gideon) juga pada akhirnya semua orang yang mengenalnya akan mengatakan bahwa ia bertindak di depan umum sama seperti tindakannya di dalam rumah dan hidup pribadinya. Faktor "markas" itu sangat penting.

Kecukupan di dalam Tuhan
Tuhan benar-benar memberikan jalan yang penuh ujian kepada Gideon. Ia mengerti kekurangan kualifikasi dan kemampuan dirinya sendiri dengan baik. Sama seperti Daud, ia anak yang paling muda di dalam rumah bapaknya, dan tidak diragukan lagi ia disepelekan oleh kakak-kakaknya yang lebih tua dan yang lebih hebat -- berdasarkan standar dunia.
Meskipun demikian, jalan hidupnya di bawah tangan Tuhan penuh dengan perendahan diri yang berkelanjutan. Prajuritnya dikurangi dengan cara dieliminasi dan disaring hingga ke batas minimum. Allah dengan keras memberikan peringatan, "jangan-jangan". "Jangan-jangan Gideon akan merasa ....", "jangan-jangan Israel berkata: tanganku sendirilah yang menyelamatkan aku." Gideon tidak menentang atau berdebat dengan Allah. Para pemimpin dunia ini ingin diberi kebebasan dan memiliki banyak pilihan. Namun, Gideon percaya bahwa Allah itu sendiri sudah cukup baginya. Ia memercayai hikmat dan penilaian Allah bahwa sepasukan kecil yang berkeyakinan kuat adalah lebih baik dibanding pasukan berukuran besar namun yang hatinya terbagi-bagi.
Pada saat itu, di tempat itu juga, hal-hal tersebut merupakan unsur penentu kepemimpinan yang berhak untuk berkata: "Lihatlah aku, dan teladanilah." Spiritualitas sang pemimpin itu harus sama seperti spiritualitas yang diinginkannya dari bawahannya. Spiritualitasnya harus lebih berkembang dibanding orang-orang yang dipimpinnya. Aspek lain akan muncul dalam contoh-contoh lain. Pada saat ini, kita dapat meneladani keempat prinsip yang sudah diuraikan di atas, sebab Allah sendiri yang menetapkan prinsip-prinsip tersebut.

Diterjemahkan dan disunting dari:
Nama situs : Austin-Sparks.Net
Judul asli artikel : Leadership

Jangan Tersesat


14 September 2019

Mazmur 119:176 
Aku sesat seperti domba yang hilang, carilah hamba-Mu ini, sebab perintah-perintah-Mu tidak kulupakan.

Kita dahulu tersesat oleh dosa-dosa kita, tetapi ketika kita percaya dan menerima Kristus, maka kita sudah dipulihkan dan diselamatkan.

Walau demikian, masih ada kemungkinan kesesatan-kesesatan lain yang kita lakukan. 

Mungkin pikiran kita belum sepenuhnya benar. 

Atau kebiasaan-kebiasaan lama belum terkikis secara keseluruhan... belum tuntas 

Mungkin pula ajaran-ajaran lain yang tidak sesuai dengan firman Tuhan mempengaruhi. 

Kita juga mungkin belum sepenuhnya berada dalam panggilan Tuhan yang semestinya kita tempuh. 

Banyak lagi... sehingga kita berada dalam kondisi tersesat.

Dalam hal ini, yang terbaik yang kita lakukan adalah menyerahkan diri dan berserah kepadaTuhan. 

Kita berharap dan meminta kepada Tuhan agar jika kita berada dalam kondisi-kondisi tidak benar, Allah dengan cara-Nya mencari kita... mengingatkan kita untuk kembali.

Untuk itu kita harus memiliki sikap terbuka kepada Tuhan melalui firman-Nya. Itulah sebabnya mengapa kita sungguh butuh mendengar, membaca, mempelajari dan merenungkan firman-Nya. Juga kita perlu menghafalkan firman Tuhan.

Sejalan dengan itu, kita juga butuh terbuka mendengar nasihat orang-orang yang mengasihi Tuhan.

Jangan abaikan dan jangan anggap remeh dengan kesesatan, walaupun nampak kecil. Hal itu dapat membesar dan dapat berdampak buruk dan fatal ke depan bagaikan illustrasi rumus sederhana:
∆E = R x ∆e
dimana; 
∆E: simpangan, aktualisasi kita
R: radius; mencerminkan jarak yang kita tempuh  seiring berjalannya waktu... yang kita tempuh setiap hari dalam hidup ini
∆e: kesalahan awal

Sebab itu mari kita jaga dan cermati ∆e masing-masing. Jagalah dan kontrol itu... selalu kembalikan ke angka sedemikian sehingga totalnya NOL, sehingga kita selamat sentosa sampai tujuan akhir sesuai kehendak dan rancangan Allah bagi kita masing-masing.

Mari kita lanjutkan pertumbuhan iman kita dengan belajar firman-Nya dan memiliki sahabat-sahabat iman.

Dengan demikian kesesatan-kesesatan dapat kita hindari. Hidup kita terpelihara dengan aman di jalan Tuhan.

Selamat berlibur.
Selamat beraktivitas
Selamat melayani.

Tuhan Yesus menyertai dan memelihara serta menuntun kita untuk hidup dalam kebenaran sesuai firman-Nya.
Amin.

Teriring salam dan doa, 
Alamta Singarimbin-Bandung

Kemuliaan Allah


13 September 2019

Kisah Para Rasul 6:15
Semua orang yang duduk dalam sidang Mahkamah Agama itu menatap Stefanus, lalu mereka melihat muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat.

Ketika Stefanus dihadapkan ke Mahkamah Agama, orang-orang yang hadir di situ melihat muka Stefanus seperti muka seorang malaikat.

Tidak jelas bagaimana sesungguhnya wajah seorang malaikat, sebab tidak pernah bertemu malaikat, walau kita yakin ada banyak malaikat Tuhan mengeliling orang-orang percaya yang takut akan Tuhan;
Mazmur 34:7
Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka.

Walau akhirnya Stefanus meninggal dengan cara dilempari orang-orang karena kesaksiannya tentang Yesus, namun sesungguhnya kematiannya adalah sebuah kemuliaan. Wajahnya seperti malaikat... 
Luar biasa!

Upayakan dan dapatkanlah kemuliaan dan kemegahan dunia ini kalau memang masih bisa, tetapi harus dengan cara yang benar dan tujuan mulia. Akan tetapi ingatlah, semua itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kemuliaan dari Allah.

Tentu juga tidak harus kita mengalami persis seperti pengalaman Stefanus, kalau bisa kiranya Tuhan meluputkan kita dari siksaan berat. Namun kemuliaan seperti Stefanus merupakan kerinduan kita, dimana kita bertahan dalam iman walau situasi sulit, bahkan mungkin di bawah tekanan berat.

Dan tentu yang sangat disayangkan adalah kebalikan dari pengalaman Stefanus, dimana ada orang  meninggalkan kemuliaan Allah dalam Kristus demi kemuliaan dunia yang akan binasa ini. Janganlah!

Berilah kemuliaan bagi Tuhan, dan biarlah kemuliaan-Nya nyata dalam hidup kita

Selamat belajar.
Selamat bekerja.
Selamat beraktivitas.
Selamat melayani.

Tuhan Yesus menyertai dan memberkati. Amin.

Salam dan doa,
Alamta Singarimbun-Bandung.

Sepuluh Teladan Yesus Sebagai Pemimpin


Artikel Kepemimpinan Gereja-1

Sepuluh Teladan Yesus Sebagai Pemimpin
(Chriswan Sungkono)

Mental seorang pemimpin diperlukan oleh siapapun yang ingin mulai meniti tangga kesuksesan. Untuk itu orang biasanya mencari teladan atau idola, yaitu para pemimpin yang dapat ditiru kiat-kiatnya dan dipelajari mentalitasnya. Bagi orang Kristen, kepemimpinan dimulai dari meneladani karakter dan mental pemimpin dari tokoh terpenting dari kekristenan, yaitu Kristus.
Kristus adalah seorang pemimpin yang hebat, kalau tidak bisa disebut yang paling menakjubkan. Selama masa hidup-Nya di bumi, Kristus telah memulai tiga tahun pelayanan-Nya menjadi sesuatu yang saat ini telah menjadi sebuah gerakan mendunia yang mengubah sejarah. Saat ini lebih banyak orang yang mengikuti Dia daripada pemimpin-pemimpin lainnya yang pernah dan masih hidup di dunia.
Sebagai teladan, Yesus telah memberikan berbagai prinsip yang penting dalam membentuk seorang pemimpin, dan lewat hidup-Nya terkuaklah contoh-contoh nyata yang dapat kita tiru dan terapkan dalam hidup kita. Apa saja yang Yesus ajarkan dan praktikkan? Dr. Tim Elmore menjabarkan hal tersebut dalam www.growingleaders.com:

Bagi Yesus, pemimpin = pelayan
Di acara-Nya yang terakhir bersama seluruh murid, yaitu Perjamuan Terakhir, Yesus membasuh kaki para murid, termasuk Yudas yang nantinya akan berkhianat. Yesus mengetahui posisi-Nya sebagai pemimpin, tetapi tidak melupakan panggilan-Nya untuk melayani. Ia patuh dan setia pada tujuan pelayanan-Nya. Ia mengetahui masa depan dan Ia bersedia menerimanya. (Referensi: Markus 8:35; Matius 20:25; Matius 23:11)

Tujuan-Nya harus menjadi prioritas utama hidup
Dalam banyak hal, seluruh hidup dan pelayanan Yesus adalah tentang memprioritaskan hidup dan menjalani setiap prioritas itu. Ketika Ia bicara, "Biarkan yang mati menguburkan yang mati," Yesus bicara tentang perlunya berkonsentrasi pada tujuan kita yang paling penting dan tidak mengalihkan perhatian kita pada situasi darurat sekalipun (Matius 8:22). Ketika Lazarus meninggal, Yesus tetap fokus pada apa yang sedang Ia kerjakan, dan tidak pergi mengunjungi Lazarus sampai dua hari kemudian. Yesus berjalan dalam misi-Nya. Ini artinya, kepemimpinan kita harus digerakkan bukan oleh keinginan orang-orang di sekitar, melainkan oleh tujuan hidup kita. (Referensi: Lukas 19:10; Matius 6:33)

Pimpinlah diri sendiri sebelum memimpin orang lain
Ajaran Yesus adalah: jadilah dulu sesuatu sebelum melakukannya pada orang lain. Tanpa banyak bicara, Yesus menyembuhkan orang buta, orang kusta, orang pincang, orang tuli; Ia membiarkan setiap karya- Nya berbicara untuk diri orang akan meniru apa yang mereka telah lihat, tapi belum tentu apa yang mereka dengar. (Referensi: Lukas 7:22; Yohanes 14:11)

Perubahan datang dari hubungan, bukan dari posisi
Yesus mengerti benar pentingnya membangun hubungan. Ia tidak mendirikan tahta di tengah kota dan berkata, "Inilah istana-Ku. Inilah satu-satunya tempat di mana kalian bisa melihat Aku." Sebaliknya, Ia malah pergi ke pasar, ke pelabuhan, ke berbagai sinagoge dan memulai pelayanan-Nya dari sana. Ia bahkan mengunjungi rumah orang-orang biasa. Jadi Ia pergi ke berbagai tempat dan membangun hubungan yang baik dengan setiap orang yang Ia kunjungi, tanpa memedulikan posisinya. (Referensi: Yohanes 4:511)

Pemimpin harus mampu mengisi dirinya sendiri
Hidup itu keras dan berat. Semakin kita sukses dan semakin banyak orang yang kita pimpin, semakin banyak hal yang mereka inginkan dari kita. Kita harus mampu memperlengkapi diri dengan berbagai hal yang mereka minta. Beberapa kali Yesus pergi menyendiri dan mencari tempat untuk melakukan introspeksi dan berdiam diri. Dengan cara itu Ia berbicara dengan Bapa-Nya dan mendapatkan lagi asupan 'bahan bakar' untuk memperlengkapi diri-Nya menghadapi berbagai tantangan ke depan. (Referensi: Markus 3:743)

Pemimpin harus membuat pengikutnya berani mengambil komitmen
Yesus memiliki "produk" yang paling dahsyat yang pernah ada, yaitu: KESELAMATAN. Ia menawarkan kesempatan pada manusia untuk memiliki hubungan baik dengan Tuhan. Ia berbicara tentang surga dan malaikat, kegembiraan dan kedamaian, dan istana yang megah. Tapi Ia tak pernah sekalipun memberikan gambaran yang terdistorsi. Ia memberi peringatan pada pengikut-Nya bahwa nanti akan terjadi penyiksaan dan kesulitan hidup pada diri mereka. Namun Yesus tidak pernah lupa mempersiapkan para pengikut saat berat seperti itu. (Referensi: Yohanes 6:53; Matius 16:24)

Pemimpin memberi rasa aman dan kekuatan saat menangani persoalan yang berat
Yesus memberikan contoh nyata pada para pengikut-Nya, bagaimana menangani persoalanpagi sekali dan berdoa meminta panduan dari Bapa-Nya. Ia tetap tenang dan terkendali selama mengalami saat-saat yang sulit. Yesus tidak mencari masalah dengan para musuh-Nya, tapi Ia tidak pernah menunda untuk memberi teguran atas setiap kesalahan, tapi juga memberikan contoh bagaimana seharusnya bertindak. dan yang terpenting, Yesus berhasil, dengan segala kekuatan-Nya, menyelesaikan pelayanan yang telah Ia mulai. (Referensi: Lukas 20:2046)

Pemimpin yang hebat memimpin di tingkatan yang lebih tinggi
Yesus memimpin di tingkatan yang lebih tinggi daripada yang lainnya, dan ia meminta para pengikut-Nya membuat komitmen yang tingkatannya juga lebih tinggi dari biasanya. Yesus telah menunjukkan pola kepemimpinan yang tidak cukup dengan segala hal yang biasa-biasa saja. Pemimpin tidak boleh hanya lewat begitu saja, atau mengolah apa yang sudah ada. Yesus tahu bahwa kredibilitas seorang pemimpin muncul dari kemampuannya menyelesaikan masalah. Ia memimpin orang- orang menuju suatu hidup baru yang tidak mungkin pernah dicapai lewat usaha manusia saja. (Referensi: Yohanes 16:33; Matius 16:24)

Pemimpin memilih dan mengembangkan anak buahnya yang inti
Setiap pemimpin yang efektif tahu satu hal: sukses diperoleh lewat orang-orang terdekatnya. Pemimpin yang efektif tidak menyerahkan masalah yang satu ini kepada keberuntungan saja. Menjadi seorang pemimpin berarti memilih siapa saja yang akan menjadi bagian dari timnya, sekaligus memberikan perhatian yang intens kepada mereka yang akan memainkan peran-peran penting dalam tim itu. Yesus tidak pernah mengambil keputusan dengan cara voting; Ia selalu memikirkan setiap pilihan yang akan diambil-Nya dengan matang terlebih dulu. Ia bahkan berdoa sepanjang malam sebelum Ia memilih keduabelas rasul. Secara konsisten, Yesus menantang orang-orang untuk mengambil langkah-langkah komitmen yang lebih dalam untuk memberitakan Kerajaan-Nya. Yesus memiliki prinsip dalam membentuk tim. Prinsip ini melibatkan seleksi yang serius, komunikasi yang intens, pemberian tanggung jawab, pengawasan yang ketat, dan keteladanan yang harus ditiru dan dilaksanakan oleh setiap anggota tim-Nya. (Referensi: Lukas 10:1; Matius 10:1)

Tidak ada sukses jika tidak ada penerus
Bahkan di masa awal pelayanan-Nya, Yesus memberitahukan para pengikut bahwa Ia akan bersama mereka untuk waktu yang sangat singkat. Dari waktu ke waktu mereka sering mempermasalahkan masa pelayanan-Nya yang terbatas itu. Ia menjelaskan namun juga tetap meyakinkan mereka bahwa kepergian-Nya nanti bukan sesuatu yang salah. Dari sejak awal, Yesus telah mempersiapkan mereka untuk tetap hidup meskipun Ia telah pergi ke surga. Ia memberi teladan untuk selalu mengandalkan Roh Kudus dan terus mempengaruhi sesama. Tongkat estafet harus diteruskan ke pelari berikutnya, bukan dibawa pulang. (Referensi: Matius 28:18-20; Yohanes 20:21-22)

Tidak sulit bukan, menjadi seorang pemimpin itu? yang paling berat biasanya adalah saat memulainya. Tapi setelah itu, dengan disiplin dan niat yang kuat, jejak-jejak kepemimpinan Kristus bisa segera Anda terapkan. Mulailah dari sekarang!

Sumber: Majalah GetLife Edisi Sept. 2005

Warisanku dan Pialaku


12 September 2019

Mazmur 16:5
Ya TUHAN, Engkaulah bagian warisanku dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku.

Warisan sangatlah berharga. Bagi orang-orang tertentu warisan  memiliki nilai histori dan menjadi kenangan. Banyak orang yang sampai bertengkar dan berperkara karena soal warisan. 

Bagi para olahragawan atau orang-orang yang ikut dalam perlombaan, tujuan mereka adalah beroleh piala. 

Piala adalah sebagai tanda juara menunjukkan kemenangan. Begitu memperoleh piala, para juara sering menciumnya dan mengangkatnya tinggi-tinggi diiringi oleh tepuk tangan yang meriah oleh para penonton yang menyaksikannya.

Apa warisan yang akan kita terima?
Apa piala yang akan kita cium dan mengangkatnya tinggi- tinggi?

Mungkin di dunia ini, tidak semua kita mendapat warisan melimpah. Tidak semua kita beroleh kesempatan mendapat piala kemenangan. Namun kita sesungguhnya akan mendapat warisan dan piala kekal dari Tuhan yang jauh lebih indah dan mulia. Bahkan warisan dan piala yang akan Allah beri kelak tidak perlu diperbandingkan karena memang sangat berbeda. Bagaimana kita perbandingkan antara fana dan kekal? 
Tidak bisa! 

Allah akan memberi kita warisan dan piala yang kekal.

Allah akan memberi kita warisan dan piala yang mulia.

Allah akan memberi kita warisan dan piala NOMOR SATU.

Bahkan Tuhan Yesus telah memberi diri-Nya bagi kita melebihi warisan dan piala yang sedang kita bicarakan.
Wow.... Puji Tuhan!

Sudahkah kita yakin dan sudahkah kita melihat dengan iman akan warisan dan piala itu?
Semoga sudah! 

Dengan keyakinan iman yang teguh bahwa kita akan bertemu Kristus dan Dia akan memberi warisan dan piala kekal, mari kita semakin mengenal Tuhan Yesus yang akan memberikannya. 

Terimalah Yesus dan ikut serta taatlah kepada-Nya.

M a r i... ! ! !

Selamat belajar.
Selamat bekerja.
Selamat melayani.

Tuhan menyertai dan menolong kita untuk mengisi hidup kita dengan bekerja sungguh-sungguh, dan melayani dengan setia menjelang hari-H, dimana Dia akan berikan warisan dan piala itu.
Amin... Amin... Amin...

Teriring dalam dan doa,
Alamta Singarimbun-Bandung.

Model Hidup Yang Membangun


11 September

2 Korintus 6:3   
Dalam hal apa pun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela.

Rasul Paulus sangat menjaga dirinya dalam semua hal agar tidak ada orang yang tersandung. Sebaliknya Paulus selalu berupaya agar apapun yang dia perbuat, hal itu membuat orang-orang diteguhkan dan dibangun imannya.

Kita wajib menjaga diri, agar orang lain melihat Kristus dalam hidup kita. 

Jagalah seluruh perkataan dan tindakan agar orang-orang tidak ragu dan tidak bimbang dengan keyakinan yang kita miliki. 

Walau sedang sulit jalan yang kita hadapi dan banyak rintangan yang menghambat, tetaplah setia kepada Tuhan dan lakukanlah ajaran-Nya dengan tekun. Dengan demikian setiap orang yang belum percaya, tertarik kepada Kristus yang sudah kita terima. 

Biarlah keteguhan hati dan sentuhan teladan hidup kita... membuat orang yang telah percaya diteguhkan dan disemangati oleh model hidup yang kita sedang perjuangkan.

Besar atau kecil peran kita, tidaklah masalah... tetaplah berjuang di dalam Kristus, agar hidup kita dapat Tuhan pakai untuk keagungan dan kemuliaan nama-Nya. 
Mari kita lakukan!

Selamat belajar.
Selamat bekerja.
Selamat melayani.

Tuhan menguatkan kita untuk tetap setia di dalam jalan-Nya, agar kita dipakai oleh-Nya untuk saling melengkapi dan saling membangun.

Salam dan doa,
Alamta Singarimbun-Bandung.

Karena Iman


10 September 2019

Ibrani 11:8  
Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.

Ketika Abraham dipanggil dan disuruh Tuhan meninggalkan negerinya, dia tidak tahu ke mana akan dibawa.

Perlengkapan dan fasilitas untuk pergipun sangat terbatas. Tidak ada otomotif pada saat itu. Abraham harus melewati jalan yang belum pernah dia tempuh sebelumnya... sulit dan penuh risiko. 

Namun karena Tuhan yang memanggil, Abraham tidak ragu, dia taat dan bersedia. Dasar Abraham untuk mau pergi hanyalah yakin dan percaya kepada Allah.

Ketaatan Abraham pastilah luar biasa. Yang membuat Abraham taat adalah karena iman. Artinya adalah bahwa Abraham mengenal Allah dengan baik. Abraham sangat dekat dengan Tuhan.

Pengalaman Abraham yang memiliki iman, hal tersebut mengajarkan kepada kita bahwa iman merupakan suatu keyakinan yang membuat dia berelasi kuat dengan Tuhan dan membuat Abraham taat sepenuhnya.

Tentulah Abraham sebagai manusia memiliki kelebihan dan kekurangan, namun dalam bagaimana dia beriman kepada Allah merupakan teladan yang baik dan semestinyalah kita ikuti. 

Bentuk panggilan kita beragam, sangat bervariasi dan mungkin berbeda, dan tidak mesti seperti Abraham yang sepertinya dicabut Tuhan dari lingkungannya. Namun intinya adalah sama; bahwa iman menolong kita untuk semakin dekat dengat Tuhan; dan jika kita semakin dekat dengan Tuhan, maka iman kita semakin dalam. 

Iman yang bertumbuh serta pengenalan yang dalam akan Tuhan Yesus Kritus, membuat seseorang akan melakukan perkara luar biasa dalam hidupnya untuk kemuliaan Allah... biarlah kita menjadi salah satu dari orang-orang tersebut.
S e m o g a  ! !

Selamat belajar.
Selamat bekerja.
Selamat melayani.

Tuhan memberkati dan menolong kita untuk tetap bertumbuh dan bertambah teguh dalam iman dan pengharapan.
Amin.

Teriring salam dan doa,
Alamta Singarimbun-Bandung

Hati yang Menyegarkan atau Membusukkan?


9 September 2019

Amsal 14:30
Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.

Secara jujur kita harus akui bahwa suasana hati kita sering bergantung kepada suasana sekitar kita. 

Suasana hati sangat erat hubungannya dengan capaian kita, dengan perlakuan orang kepada kita, dan dengan berbagai hal lainnya. Semua hal itu berubah-ubah turun naik, karena itu suasana hati kitapun terbawa seperti itu jadinya... turun naik... tidak stabil. 

Jika hati kita tidak tenang, maka tentulah kita tidak kuat. 

Ketidaktenangan tersebut akan diperparah bila ada iri hati... dikatakan Amsal dengan istilah membusukkan tulang. 

Tulang membentuk lekuk-lekuk tubuh kita dan membuat tubuh kokoh berdiri, serta menggerakkannya melakukan seluruh aktifitas hidup. 

Bayangkanlah kalau tulang membusuk dan mengeropos.

Hanya dalam Allah hati dan jiwa kita dapat disegarkan. 

Oleh sebab itu, mari kita merubah haluan hati kita. Mari kita mengarahkan hati kita untuk berorientasi kepada Allah. 

Kita akan dibentuk dan dibangun di dalam Kristus menjadi pribadi yang stabil. 

Selamat belajar.
Selamat bekerja.
Selamat melayani.

Tuhan beserta kita. Dia menguatkan dan menyegarkan tubuh kita agar tetap setia melakukan apa yang benar dan baik di hadapan-Nya.

Salam dan doa,
Alamta Singarimbun- Bandung

RENUNGAN

KRISTEN PROGRESIF vs AJARAN ALKITAB

11 April 2024   KRISTEN PROGRESIF vs AJARAN ALKITAB   Beberapa hari ini kita dimarakkan dengan viralnya video yang menayangkan wawancara den...