Artikel Kepemimpinan Gereja-1
Sepuluh Teladan Yesus
Sebagai Pemimpin
(Chriswan Sungkono)
Mental seorang pemimpin
diperlukan oleh siapapun yang ingin mulai meniti tangga kesuksesan. Untuk itu
orang biasanya mencari teladan atau idola, yaitu para pemimpin yang dapat
ditiru kiat-kiatnya dan dipelajari mentalitasnya. Bagi orang Kristen, kepemimpinan
dimulai dari meneladani karakter dan mental pemimpin dari tokoh terpenting dari
kekristenan, yaitu Kristus.
Kristus adalah seorang pemimpin
yang hebat, kalau tidak bisa disebut yang paling menakjubkan. Selama masa
hidup-Nya di bumi, Kristus telah memulai tiga tahun pelayanan-Nya menjadi
sesuatu yang saat ini telah menjadi sebuah gerakan mendunia yang mengubah
sejarah. Saat ini lebih banyak orang yang mengikuti Dia daripada
pemimpin-pemimpin lainnya yang pernah dan masih hidup di dunia.
Sebagai teladan, Yesus telah
memberikan berbagai prinsip yang penting dalam membentuk seorang pemimpin, dan
lewat hidup-Nya terkuaklah contoh-contoh nyata yang dapat kita tiru dan
terapkan dalam hidup kita. Apa saja yang Yesus ajarkan dan praktikkan? Dr. Tim
Elmore menjabarkan hal tersebut dalam www.growingleaders.com:
Bagi Yesus, pemimpin =
pelayan
Di acara-Nya yang terakhir
bersama seluruh murid, yaitu Perjamuan Terakhir, Yesus membasuh kaki para
murid, termasuk Yudas yang nantinya akan berkhianat. Yesus mengetahui posisi-Nya
sebagai pemimpin, tetapi tidak melupakan panggilan-Nya untuk melayani. Ia patuh
dan setia pada tujuan pelayanan-Nya. Ia mengetahui masa depan dan Ia bersedia
menerimanya. (Referensi: Markus 8:35; Matius 20:25; Matius 23:11)
Tujuan-Nya harus menjadi
prioritas utama hidup
Dalam banyak hal, seluruh hidup
dan pelayanan Yesus adalah tentang memprioritaskan hidup dan menjalani setiap
prioritas itu. Ketika Ia bicara, "Biarkan yang mati menguburkan yang
mati," Yesus bicara tentang perlunya berkonsentrasi pada tujuan kita yang
paling penting dan tidak mengalihkan perhatian kita pada situasi darurat
sekalipun (Matius 8:22). Ketika Lazarus meninggal, Yesus tetap fokus pada apa
yang sedang Ia kerjakan, dan tidak pergi mengunjungi Lazarus sampai dua hari
kemudian. Yesus berjalan dalam misi-Nya. Ini artinya, kepemimpinan kita harus
digerakkan bukan oleh keinginan orang-orang di sekitar, melainkan oleh tujuan
hidup kita. (Referensi: Lukas 19:10; Matius 6:33)
Pimpinlah diri sendiri
sebelum memimpin orang lain
Ajaran Yesus adalah: jadilah
dulu sesuatu sebelum melakukannya pada orang lain. Tanpa banyak bicara, Yesus
menyembuhkan orang buta, orang kusta, orang pincang, orang tuli; Ia membiarkan
setiap karya- Nya berbicara untuk diri orang akan meniru apa yang mereka telah
lihat, tapi belum tentu apa yang mereka dengar. (Referensi: Lukas 7:22; Yohanes
14:11)
Perubahan datang dari
hubungan, bukan dari posisi
Yesus mengerti benar pentingnya
membangun hubungan. Ia tidak mendirikan tahta di tengah kota dan berkata,
"Inilah istana-Ku. Inilah satu-satunya tempat di mana kalian bisa melihat
Aku." Sebaliknya, Ia malah pergi ke pasar, ke pelabuhan, ke berbagai
sinagoge dan memulai pelayanan-Nya dari sana. Ia bahkan mengunjungi rumah
orang-orang biasa. Jadi Ia pergi ke berbagai tempat dan membangun hubungan yang
baik dengan setiap orang yang Ia kunjungi, tanpa memedulikan posisinya.
(Referensi: Yohanes 4:511)
Pemimpin harus mampu mengisi
dirinya sendiri
Hidup itu keras dan berat.
Semakin kita sukses dan semakin banyak orang yang kita pimpin, semakin banyak
hal yang mereka inginkan dari kita. Kita harus mampu memperlengkapi diri dengan
berbagai hal yang mereka minta. Beberapa kali Yesus pergi menyendiri dan
mencari tempat untuk melakukan introspeksi dan berdiam diri. Dengan cara itu Ia
berbicara dengan Bapa-Nya dan mendapatkan lagi asupan 'bahan bakar' untuk
memperlengkapi diri-Nya menghadapi berbagai tantangan ke depan. (Referensi:
Markus 3:743)
Pemimpin harus membuat
pengikutnya berani mengambil komitmen
Yesus memiliki "produk" yang
paling dahsyat yang pernah ada, yaitu: KESELAMATAN. Ia menawarkan kesempatan
pada manusia untuk memiliki hubungan baik dengan Tuhan. Ia berbicara tentang
surga dan malaikat, kegembiraan dan kedamaian, dan istana yang megah. Tapi Ia
tak pernah sekalipun memberikan gambaran yang terdistorsi. Ia memberi
peringatan pada pengikut-Nya bahwa nanti akan terjadi penyiksaan dan kesulitan
hidup pada diri mereka. Namun Yesus tidak pernah lupa mempersiapkan para
pengikut saat berat seperti itu. (Referensi: Yohanes 6:53; Matius 16:24)
Pemimpin memberi rasa aman
dan kekuatan saat menangani persoalan yang berat
Yesus memberikan contoh nyata
pada para pengikut-Nya, bagaimana menangani persoalanpagi sekali dan berdoa
meminta panduan dari Bapa-Nya. Ia tetap tenang dan terkendali selama mengalami
saat-saat yang sulit. Yesus tidak mencari masalah dengan para musuh-Nya, tapi
Ia tidak pernah menunda untuk memberi teguran atas setiap kesalahan, tapi juga
memberikan contoh bagaimana seharusnya bertindak. dan yang terpenting, Yesus
berhasil, dengan segala kekuatan-Nya, menyelesaikan pelayanan yang telah Ia
mulai. (Referensi: Lukas 20:2046)
Pemimpin yang hebat memimpin
di tingkatan yang lebih tinggi
Yesus memimpin di tingkatan
yang lebih tinggi daripada yang lainnya, dan ia meminta para pengikut-Nya
membuat komitmen yang tingkatannya juga lebih tinggi dari biasanya. Yesus telah
menunjukkan pola kepemimpinan yang tidak cukup dengan segala hal yang
biasa-biasa saja. Pemimpin tidak boleh hanya lewat begitu saja, atau mengolah
apa yang sudah ada. Yesus tahu bahwa kredibilitas seorang pemimpin muncul dari
kemampuannya menyelesaikan masalah. Ia memimpin orang- orang menuju suatu hidup
baru yang tidak mungkin pernah dicapai lewat usaha manusia saja. (Referensi:
Yohanes 16:33; Matius 16:24)
Pemimpin memilih dan
mengembangkan anak buahnya yang inti
Setiap pemimpin yang efektif
tahu satu hal: sukses diperoleh lewat orang-orang terdekatnya. Pemimpin yang
efektif tidak menyerahkan masalah yang satu ini kepada keberuntungan saja.
Menjadi seorang pemimpin berarti memilih siapa saja yang akan menjadi bagian
dari timnya, sekaligus memberikan perhatian yang intens kepada mereka yang akan
memainkan peran-peran penting dalam tim itu. Yesus tidak pernah mengambil
keputusan dengan cara voting; Ia selalu memikirkan setiap pilihan yang akan
diambil-Nya dengan matang terlebih dulu. Ia bahkan berdoa sepanjang malam
sebelum Ia memilih keduabelas rasul. Secara konsisten, Yesus menantang
orang-orang untuk mengambil langkah-langkah komitmen yang lebih dalam untuk
memberitakan Kerajaan-Nya. Yesus memiliki prinsip dalam membentuk tim. Prinsip
ini melibatkan seleksi yang serius, komunikasi yang intens, pemberian tanggung
jawab, pengawasan yang ketat, dan keteladanan yang harus ditiru dan
dilaksanakan oleh setiap anggota tim-Nya. (Referensi: Lukas 10:1; Matius 10:1)
Tidak ada sukses jika tidak
ada penerus
Bahkan di masa awal
pelayanan-Nya, Yesus memberitahukan para pengikut bahwa Ia akan bersama mereka
untuk waktu yang sangat singkat. Dari waktu ke waktu mereka sering mempermasalahkan
masa pelayanan-Nya yang terbatas itu. Ia menjelaskan namun juga tetap
meyakinkan mereka bahwa kepergian-Nya nanti bukan sesuatu yang salah. Dari
sejak awal, Yesus telah mempersiapkan mereka untuk tetap hidup meskipun Ia
telah pergi ke surga. Ia memberi teladan untuk selalu mengandalkan Roh Kudus
dan terus mempengaruhi sesama. Tongkat estafet harus diteruskan ke pelari
berikutnya, bukan dibawa pulang. (Referensi: Matius 28:18-20; Yohanes 20:21-22)
Tidak sulit bukan, menjadi
seorang pemimpin itu? yang paling berat biasanya adalah saat memulainya. Tapi
setelah itu, dengan disiplin dan niat yang kuat, jejak-jejak kepemimpinan
Kristus bisa segera Anda terapkan. Mulailah dari sekarang!
Sumber: Majalah GetLife Edisi
Sept. 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar