Kisah Para Rasul 20:35
Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan
bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat
perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia
memberi dari pada menerima.
Arya sedang sibuk bekerja di meja tugasnya.Tiba-tiba Nelson
mendekat dan memungut pinsil kecil yang tejatuh di sisi meja Arya. Lalu Nelson
berkata, ”Arya, untukku pinsil ini ya,
aku ada perlu.” Arya mengangguk tanda setuju dan berkata dengan singkat, ”Oke...ambil saja buatmu!”
Nelson mengantongi pinsil itu dan segera berlalu ke
tempatnya semula untuk menyelesaikan gambar yang sedang dia lukis. Arya
meneruskan kesibukannya bekerja.
Berkat pinsil kecil itu gambar yang dibuat Nelson jadi
selesai dengan baik. Bagi Arya pinsil kecil itu tak berarti karena di mejanya
masih banyak pinsil yang lebih baik, bahkan dia lupa apa yang telah dia berikan
kepada Nelson. Tetapi bagi Nelson pinsil kecil itu sangat berharga.
Meski Arya telah lupa apa yang dia berikan kepada Nelson,
tetapi dia telah memberi sesuatu yang berarti dengan tulus.
Dalam keseharian kita, marilah kita peka. Mungkin kita
pernah memberi sesuatu dengan tulus kepada seseorang apapun itu bentuknya dan
pemberian itu sangat berharga bagi yang menerimanya walau dalam pikiran kita
hal itu kecil.
Dalam memberikan itu, mungkin kita tidak merasa apa-apa
karena memberi dengan ketulusan bukanlah
sekedar rasa apalagi untuk dirasa-rasakan. Ketulusan adalah rasa yang tak
terasa dan banyak orang gagal memahami apa arti ketulusan. Pemberian dalam ketulusan adalah pemberian tanpa keberatan dan tanpa
menuntut terima kasih.
Jika memberi dengan
ketulusan, maka lenyaplah embel-embel rasa berjasa. Persoalan bagi kita
adalah sering sulit memberi dengan tulus karena secara alami dalam pikiran
kita: bila memberi harus disertai dengan
apa yang akan kita terima. Akibatnya pinsil patahpun yang kita berikan,
kita melihatnya seolah memberi emas yang harus terbalaskan dengan
berlian.
Dalam Tuhan kita diingatkan bahwa bila kita memberi,
pemberian itu disertai dengan ketulusan tanpa pamrih. Pemberian seperti ini
merupakan pemberian tingkat tinggi!.
Tentu saja keyakinan seperti ini tidak datang secara
tiba-tiba, tetapi merupakan sebuah proses. Proses tersebut akan berlangsung dan
menjadi kenyataan bila kita sadari bahwa Allah telah terlebih dahulu memberi
apa yang terbaik dan berharga bagi kita, terutama keselamatan jiwa kita yang
dianugerahkan secara cuma-cuma.
Bila kita sampai dalam tahap ini, kita merasa berbahagia
saat memberi dan tidak lagi merasa kekurangan dan tidak merasa kehabisan
bila memberi, sebaliknya kita yakin diperkaya dengan kelimpahan dengan luapan
kebajikan dari Tuhan.
Lukas 6:38
Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan,
yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab
ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."
Marilah berdoa agar Tuhan memberi kepekaan dan kekuatan
kepada kita untuk hidup memberi apa yang memang dapat kita berikan. Mungkin
harta. Mungkin perhatian. Mungkin keahlian. Mungkin kecerdasan. Mungkin waktu.
Mungkin senyuman. Mungkin doa. Mungkin dorongan semangat. Mungkin motivasi.
Mungkin pelipur lara. Mungkin ... ... pastilah
ada dan kita bisa !
Selamat belajar.
Selamat bekerja.Selamat beraktifitas.
Selamat melayani.
Tuhan beserta kita. Amin.
Salam dan doa,
Alamta Singarimbun-Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar