Artikel Kepemimpinan Gereja
Bag-2
Dalam salah
satu pesan singkatnya mengenai para pemimpin dan pengikut, Dr. A.W. Tozer
mengatakan:
"Ketika
Allah menyebut kita domba, Ia menyuruh kita menjadi pengikut; dan ketika Petrus
memanggil beberapa orang menjadi gembala, dia menunjukkan bahwa di antara
mereka selain ada pengikut harus ada yang menjadi pemimpin”. Pada umumnya,
manusia memang membutuhkan kepemimpinan. Jika 5 orang terapung-apung dalam
sebuah sekoci penyelamat, seseorang di antara akan segera berperan sebagai
pemimpin -- tanpa perlu ada musyawarah. Empat orang lainnya akan mengetahui
siapakah pemimpinnya hanya dengan intuisi mereka, dan orang itu pun akan segera
bertindak sesuai perannya [sebagai pemimpin] tanpa melalui suatu formalitas.
Setiap bencana alam, kebakaran, atau banjir membangkitkan pemimpin-pemimpin. Meskipun
pemimpin-pemimpin yang lemah mungkin memiliki kekurangan, namun ketika sedang
menghadapi krisis mereka cukup dilegakan karena kepemimpinan tersebut.
Orang-orang Kristen
juga terdiri atas pemimpin dan pengikut. Meskipun pengikut mungkin tidak menyukai
pemimpin mereka, tetapi mereka senantiasa membutuhkan peran pemimpin. Gereja memerlukan
pemimpin-pemimpin, yang sekaligus merupakan pengikut. Paulus memberikan
suatu pola di dalam
nasihatnya kepada orang Korintus: "Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga
menjadi pengikut Kristus." (1 Korintus 11:1)
Jika
kepemimpinan adalah alkitabiah dan penting, maka sebaiknya kita mengetahui
pengajaran Alkitab mengenai kepemimpinan dan apa yang menjadikan hal tersebut.
Dalam hal ini, Gideon memiliki beberapa hal-hal penting yang berguna untuk
mengajar kita. Kita perlu menggarisbawahi terlebih dahulu bahwa Gideon tidak
memunyai jabatan resmi di Israel. Ia menjadi pemimpin karena ia seorang yang
memiliki spirit kepemimpinan. Beberapa uraian yang membentuk spirit
kepemimpinan tersebut tampak nyata di bawah ini. Mari kita pelajari.
Rasa tanggung jawab.
Gideon
digambarkan sebagai karakter yang memiliki rasa tanggung jawab. Zaman itu
merupakan masa-masa yang penuh dengan kesulitan, kekurangan, dan kemiskinan.
Musuh-musuh umat Allah telah mengambil makanan mereka. Musuh mereka sangat
waspada, sehingga orang Israel tidak dapat melawan strategi kelaparan yang dipakai
oleh musuh; karena kelemahan dimanfaatkan musuh untuk menindas umat Israel.
Setiap upaya untuk membalikkan rencana musuh memerlukan keberanian dan hikmat. Seluruh
kisah Gideon ini menunjukkan betapa sedikit orang yang benar-benar berani membayar
harga. Dengan kata lain, betapa sedikit orang yang memunyai rasa tanggung jawab
yang memadai. di antara segelintir orang itu, Gideon termasuk yang paling
menonjol. Dia merasa bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan pokok umat
Allah; dia merasa bertanggung jawab demi kehormatan Allah. Perasaan malu dan
tercela, perasaan cemburu dan tidak suka ini, suatu kepekaan bahwa sesuatu
sedang berjalan tidak sebagaimana mestinya, mendorong Gideon untuk bertindak --
bertindak dengan berbahaya. Seluruh tindakannya untuk mencapai kemenangan
didorong oleh rasa tanggung jawab yang menuntut tindakan yang berbahaya.
Tahapan
pertama adalah tindakannya menebah gandum di tempat pemerasan anggur untuk disembunyikan
dari orang Midian. di situ, ia bertindak secara sembunyi-sembunyi untuk memenuhi
kebutuhan pokok. Pemimpin sejati bukanlah orang yang selalu tampil di hadapan publik
dengan maksud menarik perhatian orang lain. Gideon tidak sedang memikirkan
tentang kepemimpinan. Ia bertindak tanpa mementingkan diri sendiri karena
didorong oleh suatu tujuan yang mulia dan dengan hati yang besar.
Persoalan
tentang makanan itu sangat penting; rakyat harus diberi makan, berapa pun harga
yang harus dibayarnya sendiri. Perlu digarisbawahi bahwa mata Allah mengamati
tindakan dan kehidupan rahasia Gideon. "TUHAN mengutus seorang nabi kepada
orang Israel" (Hakim-hakim 6:8), namun "malaikat Allah" sendiri
yang datang kepada Gideon (Apakah ini termasuk salah satu teofani -- penampakan
Diri Allah sendiri dalam rupa manusia -- yang dicatat di dalam Alkitab?
Tampaknya, ayat 23 menunjukkan kemungkinan ini).
Allah
mengetahui keberadaan Gideon, apa yang sedang diperbuatnya, dan mengapa ia melakukan
hal itu. Allah mengetahui bahwa Gideon mengamati pekerjaan musuh dan berusaha melakukan
sebisanya untuk melawan mereka. Ia tidak dapat melakukan banyak hal, dan tidak ada
satu pun yang dilakukannya di hadapan umum -- situasi itu penuh ujian, yang
dijalaninya dengan kesetiaan. Gideon lulus pada tahapan pertama uji
kepemimpinan -- uji kesetiaan, tanggung jawab, dan tidak mementingkan diri
sendiri -- tanpa berambisi akan hal itu.
Ujian kerendahan hati.
Karakter kedua
Gideon yang dinilai oleh Allah adalah kerendahan hati. Ia disodori tanggung jawab
tanpa perlu melakukan manuver, siasat, daya upaya, atau kekerasan. Tentu saja,
catatan (di kitab Hakim-Hakim) menunjukkan bahwa Gideon tidak mendambakan
kepemimpinan tersebut. Dr. Tozer mengatakan: "Saya yakin kita dapat
menerima suatu rumusan yang cukup andal bahwa seseorang yang bersikap ambisius
terhadap (kedudukan) pemimpin, ia (otomatis) sudah terdiskualifikasi dari
(kepemimpinan) itu."
Ketika Gideon
menanggapi pernyataan dan perintah "sang malaikat" yang luar biasa,
ia hanya bisa menjawab: "... kaumku adalah yang paling kecil di antara
suku Manasye dan aku pun seorang yang paling muda di antara kaum
keluargaku." Ketakutannya tampak dalam permintaannya atas tanda-tanda;
permintaan itu dapat dimengerti mengingat besarnya tanggung jawab yang harus
dipikulnya. Dari sini terungkap betapa kecilnya kepercayaan Gideon pada dirinya
sendiri. Ia lulus pada tahapan kedua uji kepemimpinan ini.
Ujian di "markas".
Gideon perlu
melewati uji kemampuan kepemimpinan berikut sebelum ia dapat melaksanakan tugasnya
yang baru. Kita dapat menyebutnya sebagai ujian di "markas". Situasi
di rumahnya tidak berjalan dengan baik, dan terjadi suatu kompromi: sinkretisme.
Pengaruh musuh ada (di rumahnya). di dalam rumah, keluarga, dan latar
belakangnya terdapat hal-hal yang kelak dapat menempatkan dirinya pada posisi
yang salah, serta menyabotase perlawanan mereka. Sepanjang musuhnya menguasai
markasnya, ia tidak bisa memenangkan pertempuran. Dengan kata lain, tidak akan
ada kesaksian yang benar di dunia dan di surga, jika kesaksian itu bertentangan
dengan kehidupan pribadi sang pemimpin. Tetapi, mereka yang membenci, menentang
(lihat ayat 31, 32) atau takut (kepada Gideon) juga pada akhirnya semua orang yang
mengenalnya akan mengatakan bahwa ia bertindak di depan umum sama seperti
tindakannya di dalam rumah dan hidup pribadinya. Faktor "markas" itu
sangat penting.
Kecukupan di dalam Tuhan
Tuhan
benar-benar memberikan jalan yang penuh ujian kepada Gideon. Ia mengerti
kekurangan kualifikasi dan kemampuan dirinya sendiri dengan baik. Sama seperti
Daud, ia anak yang paling muda di dalam rumah bapaknya, dan tidak diragukan
lagi ia disepelekan oleh kakak-kakaknya yang lebih tua dan yang lebih hebat --
berdasarkan standar dunia.
Meskipun
demikian, jalan hidupnya di bawah tangan Tuhan penuh dengan perendahan diri
yang berkelanjutan. Prajuritnya dikurangi dengan cara dieliminasi dan disaring
hingga ke batas minimum. Allah dengan keras memberikan peringatan,
"jangan-jangan". "Jangan-jangan Gideon akan merasa ....",
"jangan-jangan Israel berkata: tanganku sendirilah yang menyelamatkan
aku." Gideon tidak menentang atau berdebat dengan Allah. Para pemimpin
dunia ini ingin diberi kebebasan dan memiliki banyak pilihan. Namun, Gideon
percaya bahwa Allah itu sendiri sudah cukup baginya. Ia memercayai hikmat dan
penilaian Allah bahwa sepasukan kecil yang berkeyakinan kuat adalah lebih baik
dibanding pasukan berukuran besar namun yang hatinya terbagi-bagi.
Pada saat itu,
di tempat itu juga, hal-hal tersebut merupakan unsur penentu kepemimpinan yang berhak
untuk berkata: "Lihatlah aku, dan teladanilah." Spiritualitas sang
pemimpin itu harus sama seperti spiritualitas yang diinginkannya dari
bawahannya. Spiritualitasnya harus lebih berkembang dibanding orang-orang yang
dipimpinnya. Aspek lain akan muncul dalam contoh-contoh lain. Pada saat ini,
kita dapat meneladani keempat prinsip yang sudah diuraikan di atas, sebab Allah
sendiri yang menetapkan prinsip-prinsip tersebut.
Diterjemahkan
dan disunting dari:
Nama situs :
Austin-Sparks.Net
Judul asli artikel : Leadership
Tidak ada komentar:
Posting Komentar