Matius 20:15
Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau
iri hatikah engkau, karena aku murah hati?
Kutipan ayat di atas adalah bagian dari perumpamaan Tuhan Yesus tentang
upah yang diberikan oleh seorang pemilik kebun anggur terhadap para pekerja.
Tuan memberi upah yang sama kepada pekerja yang mulai bekerja
sejak pagi dengan yang bekerja ketika pekerjaan hampir selesai.
Lantas orang yang bekerja lebih lama menuntut upah yang lebih besar.
Mereka merasa tuan pemilik kebun anggur bertindak tidak adil karena upah
disamakan.
Kita juga mungkin berpikir sama dengan pemikiran para pekerja itu. Kita
yang sudah lama melayani merasa akan dapat upah lebih banyak. Kita merasa upah
kita berbasis waktu dan jasa. Bahayanya sering adalah kita merasa berjasa
kepada Tuhan. Apa jasa kita? Tidak ada !
Akan tetapi Allah tidak seperti itu. Sesuka hati Allah memberi upah dan
bagian kita masing-masing sekarang dan kelak. Otoritas-Nya itu. Semua anugarah
dan kasih karunia!
Jika kita menuntut upah lebih besar karena merasa bahwa kita lebih
berjasa dalam banyak hal terutama dalam pelayanan, itu adalah pertanda bahwa
kita menempatkan posisi buruh di
hadapan Tuhan. Kita sedang merendahkan posisi kita. Dan hal itu sering jadi
masalah besar. Kita menjadi penuntut.
Maukah kita seperti itu?
Janganlah !
Posisi kita lebih tinggi dan sangat tinggi. Kita bukanlah buruh Tuhan, tetapi kita berstatus anak di hadapan Tuhan. Karena itu, ketika
kita berbuat sesuatu atas nama-Nya, bukan bergantung upah berapa, tetapi semua
kita lakukan atas dasar kasih kepada Allah sebab kita adalah anak-Nya.
Tujuan kita semestinya melakukan sesuatu bukanlah seberapa banyak kita
akan dipuaskan dan ingin diingat-ingat orang, namun sejauh mana Allah berkenan
serta sejauh mana Dia *tersenyum* atas semua karya dan pekerjaan kita. Ekstrimnya kalau boleh dikatakan adalah
bahwa walaupun tidak mendapat penghargaan dari manusia, bila Tuhan tersenyum
dan berkenan... lakukan sajalah !
Tetapi tentulah Allah tidak akan
pernah kalah memberi. Apa yang Allah beri selalu baik dan terbaik. Hanya
saja kita haruslah menyikapi segenap pemberian Allah dengan memposisikan diri
sebagai anak dengan penuh ucapan syukur, bukan sebagai sikap buruh yang penuh tuntutan.
Selamat beraktifitas.
Selamat melayani.
Tuhan menyertai kita anak-anak-Nya.
Amin.
Salam dan doa,
Alamta Singarimbun-Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar