Ibrani 4:15
Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar
yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama
dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
Seorang bayi menangis terus-menerus di
sebuah pesawat. Mungkin sang bayi merasa kurang nyaman. Seandainya bukan bayi,
tentu dia dapat berkata mengungkapkan perasaannya sebagai arti dari
tangisannya.
Melihat bayi itu menangis, maka seorang ibu
berkata kepada suaminya, "Kasihan
sekali anak itu Pa ya..." Berkali-kali ibu itu berkata seperti
itu.
Sang ibu berkata begitu karena ada perasaan
kasihan kepada si bayi mungil dan juga kepada ibu si bayi yang sangat repot
menggendong anaknya sambil membujuk supaya tidak nangis lagi. Rasa belas
kasihan juga muncul karena sang ibu sudah berpengalaman dengan anaknya ketika
dulu masih bayi yang juga rada rewel di perjalanan.
Lain halnya dengan seorang pemuda di
pesawat itu. Dia agak sewot dan sepertinya mengeluh dan mau protes. Dia merasa
terganggu sebab tidak bisa istirahat menikmati perjalanan. Sang pemuda tidak
merasakan perasaan sang bayi karena belum punya pengalaman susahnya merawat dan
mendalami perasaan bayi. Atau mungkin juga karena memang dalam dirinya tidak ada
perasaan berbelas kasihan.
Sesungguhnyalah Tuhan Yesus sebagai Imam
Besar kita turut merasakan kesusahan kita sebagai manusia. Tuhan Yesus pernah
merasakan hidup sebagai manusia seperti kita. Bahkan perjalanan hidup-Nya lebih
berat dan lebih parah dari kita.
Bayangkan dan rasakan juga perasaan Yesus
yang dihina, ditolak, diperlakukan kasar, diejek dan dicemoohkan. Bahkan Yesus
tahu bahwa Dia harus mati menempuh jalan salib. Betapa berat beban-Nya. Kalau
kita seperti Yesus, kita sudah mati berdiri duluan karena stress, atau jadi
tidak waras karena beratnya tekanan.
Oleh sebab itu kita sungguh berterima kasih
dan amat bersyukur sebab Yesus sangat memahami kita.
Dia sungguh berempati kepada kita.
Dia rasakan apa yang kita rasa dengan
segala beban dan tekanan hidup kita.
Yesus peduli dengan kita.
Saat-saat kita tidak kuat dengan tekanan
hidup, Tuhan Yesus selalu hadir di sisi kita. Bahkan Roh Kudus ada di hati
kita. Allah Bapa Yang Maha Baik mengendalikan segala sesuatu. Dia menuntun
hidup kita. Dia sungguh memahami kita. Dia berpihak kepada kita apapun dan
bagaimanapun situasi hidup kita.
Tuhan Yesus merasakan kegetiran hati kita
dan Dia peduli dengan kita. Oleh sebab itu dekatlah
dan menyatulah terus dengan Kristus
Yesus Tuhan kita.
Pujilah Tuhan hai jiwaku... Janganlah lupa akan segala
kebaikan-Nya! !
Selamat belajar.
Selamat bekerja
Selamat beraktifitas.
Selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati dan menyertai
kita.
Dia peduli dengan kita.
Amin.
Salam dan doa,
Alamta Singarimbun-Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar