Dimanakah Hatimu Berada?

30 Juli 2018

Lukas 12:34
Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.

Beberapa tahun lalu, ada seorang kehilangan laptop di dalam bus. Dia tertidur lelap ketika itu dalam bus. Tanpa sadar ranselnya dibuka orang. Agar tidak mencurigakan, bungkus laptop itu diisi pencuri  dengan beberapa majalah yang hampir sama beratnya dengan laptop. 

Setelah sampai di tujuan, dia merasa tidak ada masalah apa-apa dengan ranselnya, karena dirasakan beratnya tidak berubah.

Ketika di kantor ranselnya dibuka... astaga... laptop tidak ada. Yang ada beberapa majalah yang tersusun rapi. Tentu saja dia kaget dan sedih. Selain kehilangan laptop, yang sangat disayangkan adalah karena dalam laptop itu tersimpan seluruh data yang belum sempat diamankan.

Pengalaman ini membuat ke manapun orang itu pergi, selalu laptopnya dibawa. Ada trauma dengan kehilangan data. Data itu merupakan harta yang sangat bernilai. Dalam perjalanan, secara berkala dia selalu buka ransel untuk meyakinkan apakah masih ada laptop di dalamnya. Perhatiannya selalu saja tertuju ke laptop dimanapun dia berada.

Pengalaman kehilangan laptop tersebut merupakan sebuah gambaran sederhana untuk lebih memahami akan arti perkataan Yesus dalam Lukas 12:34 di atas... ya dimana harta kita, di situlah hati kita. 

Pertanyaan selanjutnya adalah: apa dan dimanakah  harta kita sesungguhnya?

Tentu berbeda-beda pandangan kita akan apa dan dimana harta kita sesungguhnya. Tapi pastilah kita sepakat untuk mengatakan bahwa harta yang paling utama bagi kita... apapun harta kita... hati dan pikiran kita akan melekat ke situ. 

Hanya saja perlulah kita berpikir serius... apakah kita memiliki keyakinan bahwa harta paling mahal adalah janji-janji Allah yang berhubungan dengan kekekalan... di Surga.

Akan hal ini, seorang teman pernah mengatakan, "Jangan terlalu berpikir tentang surga terus. Pikirkanlah dunia ini."

Betul juga nampaknya pandangan kawan ini. Lantas mestinya jika kita berpikir tentang surga dan mengimani janji-janji Allah, bukan berarti kita tidak lagi memikirkan pekerjaan dan tanggung jawab di dunia ini. Bukan berarti hidup dalam mimpi dan halusinasi... bukan!

Ketika kita mengimani janji-janji Allah, justru akan menolong kita untuk lebih bertanggung jawab akan hidup kita yang sementara di dunia ini.

Kita akan lebih bekerja keras dan berupaya menghasilkan mutu yang sebaik-baiknya atas pekerjaan kita. Mental kita menjadi lebih kuat menghadapi segala tantangan dalam dunia kerja kita.

Prestasi kerja kita akan beda. Sistem nilai kita akan lain dengan orang-orang dunia ini. Hasil pekerjaan kita bukan lagi uang ukurannya, namun kepuasan orang terhadap karya kita.



Inilah semestinya implikasinya ketika kita meyakini harta kita di surga abadi. Kita akan lebih rajin dan lebih sungguh bekerja sebab semua nanti akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Yesus. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada… jika harta kita di surga maka HATI KITA JUGA MENGARAH KE SURGA.

Hendaklah kita memandang bahwa pekerjaan dan peofesi kita serta pelayanan kita secara rohani menjadi satu rangkaian dan satu paket tak terpisahkan. 

Sebab itu marilah kita meyakini bahwa harta kita sesungguhnya ada di surga dan itu menginspirasi kita untuk sungguh-sungguh berkarya habis-habisan di dunia ini sebelum ada panggilan ke SANA... ke TEMPAT yang  disediakan Tuhan Yesus bagi kita nanti.

Puji Tuhan.

Selamat bekerja.
Selamat beraktifitas.
Selamat melayani.

Tuhan menyertai, memberkati dan melindungi kita. Amin.

Teriring salam dan doa,
Alamta Singarimbun-Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN

KRISTEN PROGRESIF vs AJARAN ALKITAB

11 April 2024   KRISTEN PROGRESIF vs AJARAN ALKITAB   Beberapa hari ini kita dimarakkan dengan viralnya video yang menayangkan wawancara den...