Lukas 12:34
Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
Beberapa tahun lalu, ada seorang kehilangan laptop di dalam
bus. Dia tertidur lelap ketika itu dalam bus. Tanpa sadar ranselnya dibuka
orang. Agar tidak mencurigakan, bungkus laptop itu diisi pencuri dengan
beberapa majalah yang hampir sama beratnya dengan laptop.
Setelah sampai di tujuan, dia merasa tidak ada masalah
apa-apa dengan ranselnya, karena dirasakan beratnya tidak berubah.
Ketika di kantor ranselnya dibuka... astaga... laptop tidak
ada. Yang ada beberapa majalah yang tersusun rapi. Tentu saja dia kaget dan
sedih. Selain kehilangan laptop, yang sangat disayangkan adalah karena dalam
laptop itu tersimpan seluruh data yang belum sempat diamankan.
Pengalaman ini membuat ke manapun orang itu pergi, selalu
laptopnya dibawa. Ada trauma dengan kehilangan data. Data itu merupakan harta
yang sangat bernilai. Dalam perjalanan, secara berkala dia selalu buka ransel
untuk meyakinkan apakah masih ada laptop di dalamnya. Perhatiannya selalu saja
tertuju ke laptop dimanapun dia berada.
Pengalaman kehilangan laptop tersebut merupakan sebuah
gambaran sederhana untuk lebih memahami akan arti perkataan Yesus dalam Lukas
12:34 di atas... ya dimana harta kita, di situlah hati kita.
Pertanyaan selanjutnya adalah: apa dan dimanakah harta
kita sesungguhnya?
Tentu berbeda-beda pandangan kita akan apa dan dimana harta
kita sesungguhnya. Tapi pastilah kita sepakat untuk mengatakan bahwa harta yang
paling utama bagi kita... apapun harta kita... hati dan pikiran kita akan melekat
ke situ.
Hanya saja perlulah kita berpikir serius... apakah kita
memiliki keyakinan bahwa harta paling mahal adalah janji-janji Allah yang berhubungan dengan kekekalan... di Surga.
Akan hal ini, seorang teman pernah mengatakan, "Jangan terlalu berpikir tentang surga
terus. Pikirkanlah dunia ini."
Betul juga nampaknya pandangan kawan ini. Lantas mestinya
jika kita berpikir tentang surga dan mengimani janji-janji Allah, bukan berarti
kita tidak lagi memikirkan pekerjaan dan tanggung jawab di dunia ini. Bukan
berarti hidup dalam mimpi dan halusinasi... bukan!
Ketika kita mengimani janji-janji Allah, justru akan
menolong kita untuk lebih bertanggung jawab akan hidup kita yang sementara di
dunia ini.
Kita akan lebih bekerja keras dan berupaya menghasilkan mutu
yang sebaik-baiknya atas pekerjaan kita. Mental kita menjadi lebih kuat
menghadapi segala tantangan dalam dunia kerja kita.
Prestasi kerja kita akan beda. Sistem nilai kita akan lain
dengan orang-orang dunia ini. Hasil pekerjaan kita bukan lagi uang ukurannya,
namun kepuasan orang terhadap karya kita.
Inilah semestinya implikasinya ketika kita meyakini harta
kita di surga abadi. Kita akan lebih rajin dan lebih sungguh bekerja sebab
semua nanti akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Yesus. Karena
di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada… jika harta
kita di surga maka HATI KITA JUGA MENGARAH KE SURGA.
Hendaklah kita memandang bahwa pekerjaan dan peofesi kita
serta pelayanan kita secara rohani menjadi satu rangkaian dan satu paket tak
terpisahkan.
Sebab itu marilah kita meyakini bahwa harta kita
sesungguhnya ada di surga dan itu menginspirasi kita untuk sungguh-sungguh
berkarya habis-habisan di dunia ini sebelum ada panggilan ke SANA... ke TEMPAT yang disediakan Tuhan Yesus bagi kita nanti.
Puji Tuhan.
Selamat bekerja.
Selamat beraktifitas.Selamat melayani.
Tuhan menyertai, memberkati dan melindungi kita. Amin.
Teriring salam dan doa,
Alamta Singarimbun-Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar