Yohanes 8:32
” ...dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan
memerdekakan kamu.”
Dalam sebuah cerita bergambar untuk anak-anak... alkisah
seekor anak tikus melihat bahwa di rumah tempatnya berkeliaran dipasang
perangkap tikus. Anak tikus menceritakan hal itu ke ibunya. Mereka ketakutan.
Lalu tikus kecil itu pergi ke beberapa tempat dimana sekumpulan binatang berkumpul.
Tikus kecil berteriak-teriak, “Awas… awass… bahaya… hati-hati…! di rumah ada perangkap tikus !”
Mendengar teriakan tikus, kaum binatang terheran-heran dan
merasa tidak ada hubungannya dengan mereka. Para binatang tak peduli dengan
pengumuman sang tikus.
Ayam berkata sambil mengais-ngais tanah,
”Aduh... kus... kus...
soal perangkap itu kan masalah kamu, tidak ada hubungannya dengan aku kok, jadi
nggak usah ribut-ributlah !”
Kambing sambil tiduran berkata,
”Kasihan juga kamu
tikus ya, tapi cobalah berlaku bijaksana dan atasilah masalahmu dengan caramu
!”
Sapi juga sambil mengunyah rumput berkata,
”Pak tikus, kalau soal
perangkap biarin aja. Tidak usah dibesar-besarin dah...! Saya ada masalah yang
lebih besar ni. Cobalah pergi sana dan temukan solusi terbaik untukmu!”
Malam harinya perangkap tikus itu berhasil menangkap
mangsanya. Di tengah kegelapan, istri pemilik rumah mendekati perangkap. Tetapi
malang, yang tertangkap rupanya ular. Lantas ular itu menggigit sang istri.
Suaminya membawa istrinya ke rumah sakit.
Dokter menganjurkan agar cepat sembuh harus diberi kaldu
ayam. Maka haruslah dipotong ayam.
Karena penyakit tak kunjung sembuh, banyak tamu dari kampung
datang. Sebagai hidangan makan malam, terpaksalah
kambing disembelih.
Sang istri tak terobati, maka meninggallah dia. Dalam acara
adat dan ritual penguburan, sapi yang tadinya menganjurkan tikus mencari
solusi, akhirnya menjadi lauk hidangan
makan siang.
Karena meremehkan soal perangkap, binatang yang tadinya
merasa tidak ada hubungannya dengan mereka, justru menjadi korban. Sementara
tikus yang ketakutan malah selamat karena menyingkir jauh-jauh.
Sering orang tak peduli dengan nilai kebenaran yang dia
ketahui. Dia merasa pandang enteng karena merasa tidak ada hubungannya.
Akibatnya dia menjadi korban dari ketidak peduliannya itu.
Pedulilah dengan kebenaran meskipun nampaknya kecil. Awal kemalangan sering terjadi bukan karena
tidak tahu apa yang benar, tetapi karena sepele dan tidak peka serta merasa
enteng dengan nilai kebenaran dan aturan.
Meskipun banyak orang berkata, ”Tidak ada gunanya mempertahankan idealisme karena akan sia-sia...”
Akan tetapi kita diingatkan: ”Pedulilah dan perjuangkanlah
kebenaran !”
Kebenaran utama ada di dalam Yesus... kebenaran yang
memerdekakan, membangun dan mendewasakan kita.
Selamat bekerja.
Selamat berkarya.Selamat beraktifitas.
Selamat melayani.
Tuhan Yesus beserta kita di dalam melakuan kebenaran-Nya.
Amin.
Teriring salam dan doa,
Alamta Singarimbun-Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar