Roma 15:1
”Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan
jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.”
Di suatu senja, seorang bapak dengan keluarganya berada
dalam pejalanan dengan kendaraan kecil. Toni, anaknya yang masih kecil meminta
uang ke ibunya ingin membeli jagung bakar. Setelah diberi uang, Toni mendekat
ke seorang nenek tua penjual jagung di pinggir jalan yang sedang
mengipas-ngipas arang tempat jagung dibakar.
Toni dengan sabar menantikan jagung yang sedang berada dalam
pemanggangan. Dia mengamati gerak-gerik nenek penjual jagung itu. Matanya
cermat melihat pletikan biji-biji jagung yang meletup terpecah disertai asap
yang bertebaran kemana-mana. Bau jagung yang harum sangat menerbitkan selera
Toni. Dia ingin segera menikmati jagung itu.
Nenek tua itu ramah sekali, dia tersenyum-senyum melihat
Toni yang masih kecil dan mencoba mengusap bahu dan pipi Toni yang sedang
bertekun menantikan matangnya jagung.
Setelah matang, nenek itu memberikan jagung kepada Toni.
Toni menyerahkan uangnya, tetapi nenek itu menolak uang bayarannya dengan
berkata, ”Ambil aja untukmu nak, tak usah dibayar”.
Dengan polosnya Toni pun pergi dengan senang karena sudah
mendapat jagung bakar kesukaannya dan gratis pula. Toni menceritakan ke ibunya
tentang jagung gratis itu, dan ibunya juga gembira karena merasa mendapat
rejeki.
Hanya ayah Toni yang memberikan komentar dan berkata kepada
istrinya, ”Ma, mengapa kalian bilang itu rejeki, bukankah nenek tua itu
kehilangan sebagian dari penghasilannya yang tak seberapa ?”
Lalu ayah Toni melanjutkan perkataannya, ”Hati nenek tua itu
sungguh teramat terang... melebihi terangnya lampu mobil kita ini”
Menerima sesuatu tentu menyenangkan seperti pengalaman Toni
menerima jagung gratis dari seorang nenek tua dan ibunyapun menganggap hal itu
sebagai rejeki. Di sisi lain, nenek tua yang dengan sikap tulus telah
memberikan jagung kepada Toni sangat berbahagia.
Kisah ini mengingatkan kita untuk berterimakasih kepada
siapapun yang telah pernah memberikan sesuatu kepada kita dan bersyukur kepada
Tuhan atas hidup dan rejeki yang telah kita terima dari Dia.
Alangkah indahnya jika rasa
syukur tersebut dilengkapi dengan
kerelaan hati kita memberi dengan tulus apa yang kita mampu berikan kepada
orang lain. Firman Tuhan berkata. ”Adalah
lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah Para Rasul 20:35).
Di tengah-tengah rasa terima kasih dan syukur kita, marilah
kita saling berbagi, saling membantu dan saling memberi apa yang baik dan
membawa manfaat.
Selamat bekerja.
Selamat beraktifitas.Selamat melayani.
Tuhan beserta kita senantiasa. Amin.
Teriring salam dan doa,
Alamta Singarimbun-Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar