Yang Kuat Menanggung Yang Lemah

22 Mei 2018

Roma 15:1
”Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.”

Di suatu senja, seorang bapak dengan keluarganya berada dalam pejalanan dengan kendaraan kecil. Toni, anaknya yang masih kecil meminta uang ke ibunya ingin membeli jagung bakar. Setelah diberi uang, Toni mendekat ke seorang nenek tua penjual jagung di pinggir jalan yang sedang mengipas-ngipas arang tempat jagung dibakar.

Toni dengan sabar menantikan jagung yang sedang berada dalam pemanggangan. Dia mengamati gerak-gerik nenek penjual jagung itu. Matanya cermat melihat pletikan biji-biji jagung yang meletup terpecah disertai asap yang bertebaran kemana-mana. Bau jagung yang harum sangat menerbitkan selera Toni. Dia ingin segera menikmati jagung itu.

Nenek tua itu ramah sekali, dia tersenyum-senyum melihat Toni yang masih kecil dan mencoba mengusap bahu dan pipi Toni yang sedang bertekun menantikan matangnya jagung.

Setelah matang, nenek itu memberikan jagung kepada Toni. Toni menyerahkan uangnya, tetapi nenek itu menolak uang bayarannya dengan berkata, ”Ambil aja untukmu nak, tak usah dibayar”.

Dengan polosnya Toni pun pergi dengan senang karena sudah mendapat jagung bakar kesukaannya dan gratis pula. Toni menceritakan ke ibunya tentang jagung gratis itu, dan ibunya juga gembira karena merasa mendapat rejeki.

Hanya ayah Toni yang memberikan komentar dan berkata kepada istrinya, ”Ma, mengapa kalian bilang itu rejeki, bukankah nenek tua itu kehilangan sebagian dari penghasilannya yang tak seberapa ?”

Lalu ayah Toni melanjutkan perkataannya, ”Hati nenek tua itu sungguh teramat terang... melebihi terangnya lampu mobil kita ini”

Menerima sesuatu tentu menyenangkan seperti pengalaman Toni menerima jagung gratis dari seorang nenek tua dan ibunyapun menganggap hal itu sebagai rejeki. Di sisi lain, nenek tua yang dengan sikap tulus telah memberikan jagung kepada Toni sangat berbahagia.

Kisah ini mengingatkan kita untuk berterimakasih kepada siapapun yang telah pernah memberikan sesuatu kepada kita dan bersyukur kepada Tuhan atas hidup dan rejeki yang telah kita terima dari Dia.
 See the source image

Alangkah indahnya jika rasa syukur tersebut dilengkapi dengan kerelaan hati kita memberi dengan tulus apa yang kita mampu berikan kepada orang lain. Firman Tuhan berkata. ”Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah Para Rasul 20:35).

Di tengah-tengah rasa terima kasih dan syukur kita, marilah kita saling berbagi, saling membantu dan saling memberi apa yang baik dan membawa manfaat.

Selamat bekerja.
Selamat beraktifitas.
Selamat melayani.

Tuhan beserta kita senantiasa. Amin.

Teriring salam dan doa,
Alamta Singarimbun-Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RENUNGAN

KRISTEN PROGRESIF vs AJARAN ALKITAB

11 April 2024   KRISTEN PROGRESIF vs AJARAN ALKITAB   Beberapa hari ini kita dimarakkan dengan viralnya video yang menayangkan wawancara den...