Teladan Kepemimpinan Nehemia
Nehemia adalah
salah seorang pemimpin yang inspirasional di dalam Alkitab. Kadang metode-metodenya
tampak tidak masuk akal, namun Tuhan menggunakan metode-metode itu untuk menghasilkan
reformasi kehidupan bangsa Israel dalam waktu yang singkat. Analisis terhadap kepribadian
dan metode-metodenya mengungkapkan bahwa efektivitas metode-metode itu bergantung
pada kualitas karakter Nehemia sendiri.
Setelah membaca
kitab Nehemia, profil Nehemia menunjukkan ia seorang yang tekun berdoa,
artinya, ia seorang yang rendah hati. Nehemia juga seorang yang berani
menghadapi bahaya, serta perhatian dan tanggap terhadap kesejahteraan orang
lain. Ia juga seorang yang memiliki visi, dapat mengambil keputusan yang jelas,
dan seorang yang realistis.
Sesungguhnya,
dari beberapa profil Nehemia tersebut, dapat dikatakan bahwa perbuatan yang
dilakukan
Nehemia berabad-abad yang lampau dapat dijadikan salah satu teladan untuk memajukan
para calon pemimpin Kristen hebat pada masa sekarang. Semoga.
Profil Kepemimpinan Nabi Nehemia
INTEGRITAS (Profil Kepemimpian Nehemia)
1) Nehemia seorang yang tekun berdoa. Bagi Nehemia, doa merupakan bagian hidup
dan kerja sehari-hari. Doa adalah reaksinya yang pertama ketika ia mendengar
kesulitan para emigran di Yerusalem. Nehemia juga bukan seorang yang asing di
takhta kasih karunia (Nehemia 1:4, 6; 2:4, 9; 5:19; 6:14, 22, 29)
2) Seorang pemimpin Kristen yang
efektif haruslah seorang yang sudah dilahirkan baru di dalam Kristus, yang
bersih dalam moral, dan menjaga standar kebenaran menurut Tuhan.
3) Kristus datang ke dunia untuk membawa manusia dari kegelapan menuju terang.
Kegelapan telah melingkupi watak dan karakter manusia karena Iblis senantiasa
berusaha merusak moralitas manusia. Tidak mengherankan bahwa sudah terlampau
banyak pemimpin Kristen dan non-Kristen abad sekarang, yang ternyata sudah
menyakiti hati rakyatnya dengan tidak memedulikan keadilan dan kesejahteraan.
Salah satu sifat penting kepemimpinan Kristen yang efektif ialah kemampuan
untuk menyesuaikan bentuk kepribadian seseorang dengan situasi tertentu.
4) Karakter dan moral yang sudah mulai rusak harus dipulihkan kembali melalui
pendamaian oleh Tuhan Yesus, supaya bersih dan dilayakkan untuk menjadi seorang
pemimpin umat manusia. Nehemia adalah seorang pendoa karena dia sudah lahir
baru. Kebijaksanaan dan hikmat bersumber dari Allah. Sesungguhnya, agar
seseorang dapat memimpin atau memberi pengaruh secara rohani kepada orang lain,
ia harus memperdalam hubungannya dengan Tuhan.
5) Komunikasi yang dijalin terus-menerus dengan Allah merupakan hubungan yang
bersifat supernatural, yang dapat menghasilkan perubahan kepada para pemimpin
dalam mengambil keputusan yang bijaksana. Kalau seorang pemimpin putus hubungan
dengan Allah dan orang-orangnya, ia kehilangan sifat rela-diajarnya.
6) Orang Kristen yang bijaksana adalah orang yang memiliki pandangan yang
tepat mengenai anugerah Tuhan. Paulus menekankan hal ini ketika dia menulis
kepada Titus: "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia
sudah nyata. Ia mendidik kita untuk meninggalkan kefasikan dan
keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah
di dalam dunia sekarang ini." (Titus 2:11- 12) Pemimpin yang bijaksana
adalah seorang yang suka berdoa. Ia akan berlutut dalam doa penyembahan yang
penuh kerendahan hati. Kemudian, ia akan naik ke tingkatan yang baru dalam
hidup kudus dan benar.
Petrus mengatakan hal ini ketika ia menasihati pengikut-pengikutnya:
"... kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa."
(1 Petrus 4:7). Salah satu tantangan besar bagi banyak pemimpin Kristen adalah
penggunaan kepemimpinan yang tegas. Kebanyakan pemimpin Kristen yang berhati
lembut ingin menunjukkan belas kasihan dan cinta seperti seorang hamba.
Meskipun kepemimpinan itu di dalam gereja, namun gereja juga adalah satu medan
perjuangan rohani dan sering memerlukan kekuatan kepemimpinan yang tidak
selazim di dunia sekuler.
7) Konflik dalam pelayanan mungkin merupakan suatu fakta, tetapi [fakta itu]
tidak seharusnya menjadi tidak tertangani.
8) Agar dapat bertahan, para pemimpin harus memandang kesulitan sebagai
sesuatu yang biasa, bahwa kompleks itu normal. Alkitab mencatat bahwa TuhanYesus
sendiri datang untuk merobohkan dinding permusuhan. Dia melakukan yang terbaik
untuk mempersatukan orang-orang. Dalam Efesus 2:14, "Karena Dialah damai
sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak, dan yang telah merobohkan
tembok pemisah, yaitu perseteruan," Dia menyadari bahwa Ia tidak dapat dan
memang tidak [datang] untuk memenangkan mereka semua. Sementara itu,
keinginan-Nya untuk mendatangkan kedamaian bagi semua manusia membuat Dia harus
mengurbankan nyawa-Nya, dan itu merupakan tujuan yang berharga dan tetap
demikian sampai hari ini, untuk kita semua yang memimpin.
9) Karakter kepemimpinan Kristen adalah kesaksian dan pelayanan yang
digerakkan oleh belas kasih Allah. Dengan demikian, dituntut kerendahan hati,
kesediaan berkurban, pengosongan diri, penyangkalan diri, dan kerelaan
mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri.
10) Nehemia seorang yang realistis. Ia mengetahui bahwa banyak tantangan akan
dihadapinya saat ia memimpin pembangunan kembali tembok Yerusalem (4:1-3).
Nehemia merendahkan diri di hadapan Tuhan Allah dan meminta pertolongan
(4:4-5). Seorang pemimpin pasti akan berhadapan dengan para penentang, sebab ia
mengusulkan pembuatan sesuatu yang berbeda. Konflik muncul ketika pemimpin harus
menetapkan suatu pilihan.
11) Seorang pemimpin harus rendah hati dan realistis, bahwa ia bukanlah Tuhan
yang sanggup membuat keputusan tepat. Dia harus mampu meminta saran-saran yang
dapat memberi pencerahan. Salomo mengatakan, "Rancangan gagal kalau tidak
ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak." (Amsal 15:22)
Seorang yang bijaksana menyadari bahwa ia memunyai pengertian yang terbatas. Ia
mengetahui kebutuhan dirinya akan pertolongan. Melibatkan orang lain untuk
membicarakan bersama pengambilan suatu keputusan memang bermanfaat. Jika orang
mengetahui bahwa mereka memunyai andil dalam proses pengambilan keputusan itu,
mereka akan lebih bekerja sama dalam pelaksanakan keputusan itu. Banyak
keterangan akan diperoleh jika lebih dari satu orang ikut memberikan
pertimbangan mereka.
12) Tuhan memanggil kita ke sejenis kepemimpinan yang berbeda di antara
umat-Nya - dengan satu pendekatan, bahwa para pemimpin hadir untuk melayani.
"Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu,
hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya." (Markus 10:43b-44) Kepemimpinan
yang melayani bersumber pada serangkaian nilai, asumsi, dan prinsip yang bertentangan
dengan dunia sekuler.
13) Integritas berhubungan dengan nilai. Nilai adalah prinsip dasar subjektif,
yang berakar pada pengalaman-pengalaman khas yang nyata, memengaruhi, dan yang
diturunkan, serta kemudian dibakukan menjadi prinsip atau filsafat hidup. [Ia]
berperan sebagai landasan untuk paradigma, perspektif, cara bernalar, dan memotivasi,
yang dengan sendirinya mengendalikan kebiasaan, sikap, dan tindakan.
Nilai-nilai itu serta-merta menentukan kadar dan bobot etika, moral, kebiasaan,
sikap, serta perilaku setiap orang. Nilai turut memengaruhi visi pribadi dan
visi kepemimpinan setiap orang.
14) Nehemia memiliki sesuatu yang khas di dalam dirinya. Ia seorang yang peduli
kepada orang lain. Tampak jelas, ia memerhatikan kesejahteraan orang lain
secara tulus, dan para musuhnya pun mengetahui hal itu (2:10). Ia
mengekspresikan perhatiannya dengan berpuasa, berdoa, dan menangis (1:4-6). Ia
menempatkan dirinya bersama dengan bangsanya yang menderita karena dosa-dosa
mereka (1:6).
15) Nehemia bukan hanya seorang yang berkharisma, ia juga berkarakter baik.
Pada masa kini, banyak pemimpin berkharisma tetapi tidak memiliki karakter.
Kharisma adalah pesona dan daya tarik pribadi yang besar, tetapi karakter
adalah kekuatan moral, etika, dan integritas. Karakter itu terungkap pada saat
kita melakukan sesuatu tanpa kehadiran orang lain yang memperhatikan. Karakter
juga tampak ketika kita melakukan sesuatu yang benar bagi orang lain walaupun
kita sendiri tidak mengalami kebaikannya. Itulah yang Tuhan Yesus lakukan di
dalam 1 Petrus 2:22-23, "Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam
mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika
Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang
menghakimi dengan adil."
16) Karakter yang baik dan teguh akan mendukung keberhasilan seorang pemimpin.
John C.Maxwell. Mengajukan empat cara untuk membuat kita mendapatkan simpati
dari orang yang kita pimpin, yakni: jika Anda terlebih dulu menggerakkan
orang-orang dengan perasaan, mereka akan lebih bersedia bertindak; jika Anda
terlebih dahulu memberi, orang-orang akan membalas pemberian Anda; jika Anda
menarik simpati perseorangan, Anda akan segera diperhatikan orang banyak; jika
Anda mengulurkan tangan kepada orang-orang Anda, mereka akan membalas uluran
tangan Anda.
17) Panggilan tertinggi bagi para pemimpin sekarang ialah panggilan untuk
saling mengasihi dengan tulus hati, sebagaimana kita telah saling mengasihi dan
mengampuni. Iman membangun iman. Pesimisme berubah menjadi iman.
18) Tugas utama kepemimpinan rohani adalah pembangunan iman orang lain. Kita
sering sulit mendengarkan Roh Kudus membisikkan panggilan ini ke dalam hati
kita bila kita telah terlatih lebih mendukung sistem-sistem yang membenarkan
dirinya sendiri alih-alih yang lain.
PEMIMPIN VISIONER (Profil Kepemimpinan Nehemia)
19) Nehemia adalah seorang yang berpandangan jauh ke depan. Ia mengetahui bahwa
pasti akan bangkit perlawanan, jadi ia meminta sang raja memberikan mandat
tertulis agar perjalanannya aman dan ia mendapat dukungan untuk menyelesaikan
mandat tersebut, "... memasang balokbalok pada pintu-pintu gerbang di
benteng bait suci, untuk tembok kota ..." (2:8) Ia merencanakan
strateginya dengan cermat. Tuhan memakai seorang biasa yang awam, yang memiliki
tujuan dan visi yang tidak biasa.
20) Nehemia mengungkapkan visinya dengan istilah yang sesederhana mungkin.
Sasaran bangsa itu adalah pembangunan kembali tembok Yerusalem.
21) Setiap calon pemimpin harus memunyai visi. Tanpa visi, ia tidak mungkin
bisa mencapai tujuan. Visi yang jelas akan memungkinkan seorang pemimpin
percaya dan yakin. Visi berkaitan dengan penciptaan sesuatu yang baru, tidak
mengabaikan yang lampau, tetapi membangun di atas fondasi sebelumnya dan yang
akan muncul sebagai realitas yang lebih baik dibanding realitas sekarang. Bila
diwujudkan secara penuh, visi itu akan membawa kita lebih dekat pada cita-cita
kita.
22) Visi memerlukan tindakan nyata. Pemimpin yang luar biasa bangun pada pagi hari
dengan sebuah rencana dan mengerjakannya. Mereka tidak selalu meminta izin
sebelum bergerak. Kepemimpinan adalah memproduksi hasil.
23) Visi kepemimpinan adalah kemampuan pemimpin untuk melihat dan memahami
keinginan suci yang ditulis oleh Allah di dalam batinnya bagi organisasi serta
kepemimpinannya. di dalam visi itu, terdapat kehendak Allah yang khusus bagi
kepemimpinan seorang pemimpin.
24) Nehemia memiliki sasaran kepemimpinan. Sasaran Nehemia adalah pembangunan
kembali tembok Yerusalem yang telah runtuh dan terbakar (1:3; 2:17). Nehemia
mengajak penduduk dan mereka mendukungnya. Mengapa pemimpin perlu memunyai
sasaran? Paling sedikit terdapat tiga alasan, antara lain:
a.
Pengarahan. Pemimpin memerlukan sasaran untuk mengarahkan
kehidupannya. Tidak mungkin seseorang terus melangkah maju menuju tujuan jika
ia tidak memunyai tujuan tertentu.
b.
Kemajuan. Sasaran itu penting untuk memastikan bahwa akan ada
suatu kemajuan. Jika gereja tidak memiliki suatu sasaran utama, yang dijadikan
tujuan dan diperjuangkan oleh seluruh orang percaya di dalam jemaat itu, gereja
mungkin seolah-olah tampak sibuk dengan program itu, tetapi sebenarnya tidak
mengalami kemajuan apa pun.
c.
Hasil yang dicapai. Pelaksanakan sasaran itu sampai
selesai penting untuk memberikan suatu hasil. Jika tidak ada sasaran tertentu,
tidak akan pernah diketahui keberhasilan atau ketidakberhasilan pelaksanaan
program itu. Setelah penentuan sasaran, dilanjutkan dengan pelaksanaan. Jika
tidak ada pelaksanaan, sasaran itu hanya sekadar satu ide mistik saja.
Kekristenan bukan sebuah filsafat yang sebatas ide saja, melainkan suatu cara
hidup yang harus diterapkan dan dilaksanakan.
PEMBUAT KEPUTUSAN YANG JELAS (Profil Kepemimpinan Nehemia)
25) Nehemia dapat membuat keputusan-keputusan yang jelas. Ia tidak menghindari
kata-kata keras, melainkan berbicara langsung mengenai inti permasalahan dan
membuat penilaian. Dan keputusan-keputusannya tidak berat sebelah; ia tidak
memandang bulu. Ketika kecaman dibutuhkan, ia memberikannya kepada para pejabat
dan eksekutif sebagaimana kepada para pekerja (Nehemia 5:7). Kadang-kadang
perlawanan mengembangkan kerendahan hati untuk melindungi kita dari kebanggaan
yang sia-sia.
26) Pada umumnya orang tidak menyukai masalah, cepat bosan kepada masalah, dan
akan melakukan hampir apa saja untuk melepaskan diri dari masalah. Keadaan
membuat orang lain meletakkan kendali kepemimpinan di tangan seseorang - kalau
dia bersedia dan mampu menangani masalah mereka atau melatih mereka untuk
memecahkan masalah. Keahlian memecahkan masalah seorang pemimpin harus
dipertajam karena setiap keputusan menjadi keputusan besar. Raja Salomo
merupakan satu contoh pemimpin yang memiliki fungsi kreativitas dalam
memecahkan masalah, saat dia mengancam untuk membelah dua bayi.
27) Dalam kepemimpinan gereja, pelatihan inovasi sangat diperlukan. Inovasi
sebagai proses penciptaan dan pembaruan nilai sampai dapat dimanfaatkan atau
dikonsumsi oleh masyarakat, sebagaimana Yesus berkata, "hendaklah kamu
cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati" (Matius 10:16b), artinya
selalu kreatif-inovatif tetapi tetap menjaga ketulusan dan integritas.
28) Kebimbangan dalam mengambil keputusan telah mengganggu efektivitas banyak
pemimpin. Pembuat keputusan yang tidak efektif pada dasarnya mengandung dua
masalah: keragu-raguan untuk membuat keputusan dan membuat keputusan yang tidak
tepat. Satu keputusan yang salah dapat membawa pemimpin ke jalan buntu atau ke
jalan yang menuju kehancuran. Sebagai seorang pemimpin, soal mengambil
keputusan itu merupakan seni yang harus dikuasai.
29) Kennet O. Gangel membagi permasalahan mengapa pemimpin ragu dalam membuat
keputusan ke dalam empat bagian, yaitu:
a.
Kurangnya tujuan yang jelas.Kadang-kadang para pemimpin
tidak bertindak karena mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan.
b.
Ketidakmantapan dalam kedudukan atau otoritasnya. Kadang-kadang
pemimpin takut bertindak karena takut akan akibatnya.
c.
Kurangnya informasi. Pemimpin yang tidak secara aktif
mencari semua informasi yang dapat ia peroleh sebelum memberikan keputusannya
berarti melumpuhkan dirinya sendiri dalam proses pembuat keputusan.
d.
Ketakutan akan perubahan. Banyak pemimpin ingin
mempertahankan "status quo". Karena sebagian besar keputusan menghasilkan
semacam perubahan, keputusan selalu tampak sebagai ancaman terhadap operasi-operasi
yang sedang berlaku.
PEMIMPIN YANG BERTANGGUNG JAWAB (Profil Kepemimpinan Nehemia)
30) Di dalam usaha apa pun, pemimpinlah yang bertanggung jawab atas
keberhasilan atau kegagalan misinya. Ada beberapa faktor yang memengaruhi
motivasi dan semangat juang, dan salah safu faktor kuncinya adalah tanggung
jawab.
31) Nehemia menerima tanggung jawab dengan maksud terus mengerjakan pembangunan
tembok Yerusalem. Nehemia sudah siap untuk hal yang terburuk.
32) Yesus mendefinisikan kepemimpinan sebagai pelayanan, dan itu berlaku baik
dalam organisasi sekuler ataupun gereja. Gaya kepemimpinan Yesus adalah menjadi
seorang hamba, meski Dia sungguh memiliki semua kuasa dan otoritas surgawi. Ia
menunjukkan simpati pada masalah orang lain, namun simpatinya menguatkan dan
membangkitkan semangat; tidak melunakkan dan melemahkan. Disiplin adalah
tanggung jawab lain dari pemimpin, tugas yang sering kali tidak disambut dengan
baik.
33) J. Oswald Sanders mengatakan:
"Masyarakat Kristen apa pun membutuhkan disiplin
yang benar dan penuh kasih untuk mempertahankan standar-standar ilahi dalam
doktrin, moral, dan perbuatan".
34) Sering kali pemimpin tergoda
untuk melemparkan tanggung jawab kepada orang lain, untuk melepaskan diri dari
tanggung jawab atas sesuatu yang buruk dan tidak menyenangkan.
35) Seorang pemimpin memiliki banyak elemen dalam hal tanggung jawab.
a.
Pertama, pemimpin sejati terutama peduli pada
kesejahteraan orang lain, bukan kenyamanan atau kedudukannya sendiri. Pemimpin
rohani selalu mengarahkan keyakinan orang lain kepada Tuhan. Ia melihat dalam
setiap keadaan untuk menolong.
b.
Kedua, disiplin adalah tanggung jawab dari pemimpin, tugas
yang sering kali tidak disambut dengan baik. Paulus menjelaskan roh yang harus
dimiliki para pemimpin yang memberikan disiplin. "Karena itu, selama masih
ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi
terutama kepada kawan-kawan kita seiman" (Galatia 6:10).
c.
Ketiga, para pemimpin harus memberikan bimbingan.
Pemimpin rohani harus tahu ke mana ia akan pergi sebelum memimpin orang lain.
Pemimpin harus berjalan di depan kawannnya. Bersedia mengambil tanggung jawab
merupakan tanda seorang pemimpin. Yosua adalah orang seperti itu. Ia tidak
ragu-ragu mengikuti salah seorang pemimpin terbesar seperti Musa.
Salomo
menyebutkan lima hal yang merupakan tanggung jawab seorang pemimpin.
36) Yang pertama: Menegur atau
mengoreksi. Ada kalanya seorang pemimpin melihat serangkaian tindakan yang
salah tetapi tidak bersedia menegurnya karena takut tidak akan disukai orang. Salomo
berkata, "Siapa menegur orang akan kemudian lebih disayangi dari pada
orang yang menjilat." (Amsal 28:23) Yesus memperingatkan murid-murid-Nya
tentang berbagai bahaya yang ada di depan. Dia khususnya memperingatkan Petrus
bahwa dia akan mengkhianati dan mengecewakan-Nya, dan Petrus memang melakukan
itu. Apa yang mengubah Petrus kembali? Yesus yang mengubahnya. Meskipun Petrus
menyangkal Yesus tiga kali, tiga kali pula Petrus diberi kesempatan untuk
menegaskan kembali kasih dan komitmennya untuk memelihara domba-domba Yesus.
Petrus belajar sesuatu tentang kemarahan dari Yesus; kemarahan Yesus itu bisa
menjadi hal yang paling disukai di dunia. Dalam mengembangkan para pemimpin,
perlu mengetahui bahwa mereka akan gagal. Ketika itu terjadi, mereka perlu
dikoreksi, dorongan semangat dan kesempatan untuk mulai lagi.
37) Yang kedua: Bertindak dengan tegas.
Salomo mengatakan bahwa apabila seseorang membiarkan tingkah laku yang tidak
benar dengan mengatakan ia tidak mengetahuinya, ia masih harus bertanggung
jawab di hadapan Allah yang menguji hati, dan membalas manusia menurut perbuatan-Nya
(Amsal 24:11-12). Pemimpin perlu mendorong orang untuk lebih baik, atau bila
perlu memecat yang tidak produktif.
Dalam kepemimpinan Nehemia, dia terus menggalakkan kerja
sama di antara bangsa itu. Ia menghentikan praktik lintah darat dan ia
menciptakan persatuan di antara penguasa yang kaya dengan orang-orang yang
merasa tertindas. Ia juga mempersatukan orangorangnya dan memberi mereka makan
dari uangnya sendiri. Tanpa kerja sama, tembok Yerusalem itu takkan berhasil
dibangun kembali.
38) Yang ketiga: Mendengarkan kritik.
Pemimpin bertanggung jawab untuk mendengarkan kritik dari rekan-rekannya.
"... siapa mengindahkan teguran adalah bijak." (Amsal 15:5) Menangani
pengkritik, pengeluh, dan bahkan sering kali si mulut besar adalah pelayanan
rutin. Tetapi tidak semua kecaman keras merupakan kritik rutin. Ada batas yang
halus antara mudah tersinggung dan keras kepala. Untuk menjadi seorang
pemimpin, terutama pemimpin rohani yang berhasil, seseorang harus memiliki
pikiran seorang sarjana, hati seorang anak, dan kulit seekor badak.
39) Yang keempat: Bersikaplah jujur.
Pemimpin bertanggung jawab untuk menjaga agar setiap hal terbuka dan jujur.
"Orang bebal dibinasakan oleh mulutnya, bibirnya adalah jerat bagi nyawanya."
(Amsal 18:7) Keterbukaan berarti tidak mengandalkan kekuatan dan pengertian
sendiri. Pemimpin yang tidak mau diajar hampir selalu putus hubungan dengan
Allah serta orang-orangnya.
40) Yang kelima: Bersikaplah adil. Pemimpin
bertanggung jawab untuk bertindak adil terhadap bawahannya. "Neraca serong
adalah kekejian bagi Tuhan, tetapi Ia berkenan akan batu timbangan yang
tepat." (Amsal 11:1) Keprihatinan adalah hasrat untuk melakukan sesuatu
yang menguntungkan bagi orang lain. Kalau hati terusik untuk melayani, kecil kemungkinannya
bersikap untuk mementingkan diri sendiri.
ADMINISTRATOR YANG BAIK (Profil Kepemimpinan Nehemia)
41) Administrasi adalah pengaturan orang-orang dalam perkumpulan untuk meraih
tujuan bersama. Salah satu unsur penting dalam administrasi adalah kesanggupan
untuk bergaul dengan orang secara benar-benar ramah, sopan, tetapi mantap.
42) Nehemia adalah seorang pemimpin yang tidak melakukan pekerjaan dengan
serampangan. Nehemia mengorganisasikan orang-orangnya menurut keluarga dan
menurut prioritas yang telah direncanakannya, mulai dari gerbang kota tersebut.
Tembok Yerusalem berhasil dibangun kembali karena kemampuan Nehemia untuk
bekerja sama dengan orang lain dan memimpin mereka ke mana mereka harus menuju.
Dia berupaya melibatkan sebanyak mungkin orang dalam prosesnya dan bergerak
maju dengan mereka yang sudah siap. Dia organisasikan mereka dalam kelompok-kelompok
alami berdasarkan hubungan.
43) Persatuan mendorong pengaruh yang kuat. Persatuan penting bagi suatu tim
agar menjadi terfokus pada tujuan. Hati, kemauan, dan kekuatan anggota tim
harus dipersatukan dengan tujuan dan arah yang sama. Mendengarkan masukan atau
dorongan dari bawahan merupakan suatu karakter kepemimpinan yang demokratis.
Kepemimpinan jenis ini lebih bertahan lama daripada pemimpin yang menggunakan
otoritas tanpa mau bekerja sama dengan orang lain terutama untuk membuat suatu
keputusan.
Kesimpulan
Melalui profil kepemimpinan Nehemia ini kita dapat mengikuti teladannya
dalam kepemimpinan zaman now, dimana:
1. Nabi Nehemia telah menunjukkan gaya kepemimpinan yang dapat menjadi salah
satu teladan di antara banyak tokoh pemimpin dalam Alkitab. Integritas
merupakan kriteria utama dalam diri seorang pemimpin Kristen yang baik dan
besar. Keputusan-keputusan yang memengaruhi banyak orang diawali dari karakter.
2. Nehemia adalah pemimpin yang memiliki kasih dan tanggung jawab dan yakin
akan visinya bahwa Allah menuntunnya untuk melaksanakan satu pekerjaan yang
menurut orang lain merupakan sesuatu pekerjaan yang tidak mungkin. Namun apa
pun kritik banyak orang kepada Nehemia, dia tetap teguh dan fokus kepada tujuan
dengan tetap rendah hati meminta kekuatan dan petunjuk dari Allah lewat doa.
3. Nabi Nehemia berhasil membangun kembali tembok Yerusalem. Pekerjaan berat
namun dia menjadi seorang pemimpin yang mampu sampai pada sasaran. Kepuasan
total dia peroleh bersama dengan orang-orang yang mendukungnya.
Diambil dan
disunting seperlunya dari:
Nama situs:
Wisdom from Heaven
Pengirim:
Jonni Arifson Gultom, M. Th.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar