11-Jan-2018
Yohanes 6:68
Jawab Simon Petrus
kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah
perkataan hidup yang kekal
Dalam kebaktian di Kampus ITB tahun 1981, dan itu masih saya
ingat sampai sekarang, Pdt. Purnawan mengawali khotbahnya dengan berkata, "Sendainya
pagi ini di koran diberitakan bahwa hamba Tuhan terkenal bernama Xxxx
bercerai dan menikah lagi, apakah iman Anda terguncang?"
Jika pertanyaan itu ditanyakan kepada kita, apa jawaban
kita?
• Mungkin ada yang terguncang.
• Mungkin ada yang acuh tak acuh.
• Mungkin ada yang tak terpengaruh.
Tak dapat dipungkiri bahwa kehidupan orang yang kita kagumi
sedikit tidaknya mempengaruhi iman kita, apalagi sosok yang kita pandang
sebagai tokoh dan panutan dalam beriman.
Dalam Injil Yohanes fasal 6, dituliskan kejadian luar biasa
dimana Tuhan Yesus memberi makan lima ribu orang. Setelah itu orang banyak
mencari-cari Yesus untuk beroleh makan lagi. Lantas Tuhan Yesus mengajarkan
sesuatu yang sangat penting dan berharga. Karena ajaran Yesus dinilai lantang
dan keras, maka banyak orang mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Yesus.
Melihat itu Yesus menantang murid-Nya apakah mereka tidak
ikut orang banyak itu untuk mundur? Tuhan Yesus tidak membujuk-bujuk dan tidak
merayu-rayu agar murid-murid-Nya tetap bersama Dia... tidak ! Tuhan Yesus tegas dan terbuka; silahkan memilih bagi murid-murid-Nya.
Namun sangat menguatkan dan sangat membesarkan hati apa
jawaban Petrus menanggapi tantangan Yesus dengan berkata, "Tuhan, kepada
siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal"
Sangat amat tepat jawaban Petrus. Jawaban Petrus mengajak
kita untuk berpikir dan merenungkan:
• Kepada siapakah kita akan pergi selain kepada Yesus?
Adakah pribadi yang bisa menggantikan Yesus?
• Apakah kita berniat meninggalkan Yesus dengan alasan
ajaran-Nya keras dan tegas? "Perlukah ajaran Yesus dikoreksi?"
• Apakah kita ikut-ikutan dengan orang mundur dari Yesus
dengan alasan yang "mungkin"
dapat diterima akal. "Akal kitakah sumber kebenaran?"
• Apakah keputusan yang keliru dari tokoh Kristen yang kita
kagumi mempengaruhi iman kita? (pertanyaan ini mungkin sulit untuk menjawab
dengan kata: tidak!)
Marilah kita menjawab hal yang sama seperti Simon Petrus...
bahwa keputusan kita tetap ikut dan taat
kepada Yesus apapun yang terjadi. Perkataan Yesus adalah perkataan hidup dan kekal. Kalau kita meninggalkan Yesus, kita akan
hilang dan binasa.
Mungkin kita tidak sampai meninggalkan Yesus dalam arti
tidak percaya lagi kelada Dia. Tetapi boleh jadi pengaruh negatif orang yang
kita kagumi membuat semangat kita melayani melemah, hati kita menjadi dingin
dan tak bergairah mengenal Yesus, hati tawar dan jenuh. Janganlah !
Keputusan untuk setia dan taat kepada Yesus adalah keputusan
dan pilihan kita secara pribadi. Jadi tetaplah dalam keputusan itu apapun yang
terjadi dan apapun harganya.
Hanya saja memang kehidupan orang tertentu sering
menyemangati kita dalam keputusan yang telah kita ambil. Itulah artinya kita
bersaudara yang disuruh untuk saling menguatkan. Sebab itu biarlah hidup kita,
keputusan dan pilihan kita menguhkan iman saudara-saudara kita. Tetapi
keputusan dan pilihan-pilihan salah yang diambil orang jangan sampai
mempengaruhi dan menawarkan keputusan dan pilihan benar yang telah kita ambil.
TETAPLAH SETIA!
Wahyu 2:10b
Hendaklah engkau setia
sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.
Selamat bekerja....
Selamat beraktifitas...
Selamat melayani...
Tuhan menyertai dan memberkati kita.
Amin.
Teriring salam dan doa,
Alamta Singarimbun-Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar